"Hatchim!"
"Sudah ku katakan tadi tidak usah main hujan, tapi kau sangat keras kepala. Sekarang kau demam. Sebenarnya siapa yang lemah sekarang?" ejek Steve seraya mengompres Nita dengan kain hangat.
"Tidak bisakah kau menyimpan omelanmu untuk besok saja. Aku sedang sakit sekarang." Kata Nita pada Steve.
Steve mengedikkan bahunya. "Ntahlah. Itu keluar dengan sendirinya."
"Urgh.." Nita geram mendengar jawaban Steve.
Steve mengambil mangkuk yang berisi air hangat dan membawanya ke dapur. Ia membuatkan Nita susu hangat dicampur dengan jahe yang di tumbuk sampai halus.
Setelah itu Steve kembali naik ke atas. "Ini, minumlah."
Nita segera duduk dan menyenderkan tubuhnya pada kepala tempat tidur. Ia lalu menerima gelas yang berisi cairan berwarna putih itu dari tangan Steve. Namun Nita seperti meminum susu wedang jahe.
"Jahe?"
"Iya. Agar kau lekas sembuh. Besok kau tak usah sekolah."
Nita sontak menjauhkan gelas dari bibirnya. Ia menatap tak percaya dengan Steve. Hei, kenapa orang ini suka sekali mengatur dirinya.
"Aku tak mau. Sebentar lagi ujian, jadi tak mungkin aku tak sekolah. Aku bisa ketinggalan pelajaran." Nita menolak perintah Steve.
"Aku yang akan mempermisikanmu besok pada guru BK. Aku juga akan mencatatkan bukumu besok, jadi kau tak perlu khawatir. Aku besok akan mengajarimu setelah aku pulang. Jadi jangan membantah. Kau mengerti?"
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian, Nita Amora." potong Steve cepat.
Oh my dear Donald duck is back. Lihatlah, sikap bossynya telah kembali.
Nita memijit kompresnya. Ia sangat pusing dan tak mau berdebat dengan Steve. Berdebat dengan anak tante Olin benar-benar tak ada gunanya saat ini. Jika ia sembuh maka besok ia akan sekolah. Itu keputusan final dari Nita dan Steve tak boleh melarangnya."Baiklah, sekarang aku mau tidur."
Nita kemudian kembali berbaring dan menarik selimutnya sampai menutup lehernya. Perlahan-lahan kelopak matanya tertutup rapat sampai ia benar-benar tertidur.
***
"Nita mana?"
Steve mengangkat alisnya melihat Marco bicara dengannya. Ini pertama kalinya pria itu mau bicara baik-baik dengannya.
"Hei, apa kau tuli?"
Steve langsung menarik ucapannya barusan. Pria itu tak akan pernah baik padanya. Lagian Steve tak berharap pria itu akan menjadi ramah padanya.
"Sepertinya kau benar-benar tuli. Apa aku perlu membawamu ke THT?"
"Dia sakit." Jawab Steve malas.
"Sakit? Semalam dia tampak baik-baik saja."
Marco melihat Nita sangat sehat dan bugar. Bahkan gadis itu sudah bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda. Lalu kenapa bisa tiba-tiba sakit?"Apa yang lakukan padanya? Apa kau melukai dia?" Marco menarik kerah baju Steve dengan sedikit kasar.
Steve tersenyum miring mendengar ucapan Marco barusan. Serius, apa bibir pria itu tak bergetar saat mengatakan itu padanya? Apa pria itu lupa bercermin atau ia mengalami amnesia jangka pendek?"Apa kau lupa, seharusnya pertanyaan itu ditujukan padamu. Bukan aku."
Marco terdiam. Bibirnya terasa kelu mendengar ucapan Steve yang menyindirnya. Benar, ialah yang selama ini melukai Nita. Bukan Steve. Malahan pria itu yang selau ada untuk Nita.Steve melepaskan cengkraman Marco dengan kasar lalu meninggalkan pria itu di belakang. Ia berjalan meninggalkan area parkiran menuju kelas, namun tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE (SELESAI)
Teen FictionNita Amora, seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada Marco sahabatnya sendiri yang ternyata juga tengah terpikat dengan sosok gadis lembut, Sivi. Namun seiring berjalannya waktu, Marco pun menyadari perasaannya pada Nita. Marco bahkan me...