Because This Is The First Time For Me

311 22 0
                                    

Because This Is The First Time For Me

Matahari mulai memanas dan keringat mengucur di dahi Nita. Ia sudah sangat kelelahan karena berjalan mengantar Juny di bandara tadi. Akhirnya, setelah ia sampai di rumah , ia langsung terkulai lemas dan menutup mata sebentar. Nita benar-benar kehabisan tenaga karena harus berjalan. Ia merasakan kakinya begitu nyeri. Pasti karena dipaksakan tadi. Nita bangun dan mulai memijit kakinya perlahan.

"Aw." Ternyata ada kakinya yang terkilir. Terlihat ada warna biru mengitari pergelangan kakinya. Nita menghela nafas panjang. Ia harus mengobatinya jika tak mau sesuatu yang buruk terjadi. Ia belum seratus persen pulih.Tapi bagaimana caranya agar ia dapat mengobati kakinya. Sedangkan berjalan untuk mengambil minyak urut di bawah saja ia sudah tak sanggup. Menyebalkan. Mau tak mau ia harus memanggil Steve.

Di tengah kekesalannya, tiba-tiba saja terlintas suatu ide konyol di kepalanya. Nita menjentikkan jarinya dan tersenyum penuh kemenangan."Astaga, kenapa tak dari kemarin aku kepikiran tentang hal ini?"

Nita mencoba untuk berdiri perlahan dan berjalan menuju kamar mandi. Namun baru sampai setengah jalan, ia mendudukkan dirinya di lantai. Nita meringis karena merasakan kakinya yang mendadak berdenyut. Selesai memposisikan duduk sedemikian rupa, Nita mengambil ponselnya dari saku dan mencari-cari nama Steve. Setelah menemukan nomor yang ia cri, Nita langsung menghubungi pria itu.

"Hm, ada apa?" Tanya Steve dari ujung sana.

"Hiks..."

"Nit, Nita. Kau kenapa kenapa? Kau menangis? Ada apa?" Tanya Steve yang terdengar mulai panik.

Nita tersenyum penuh kemenangan. Steve akhirnya masuk dalam permainannya."Hiks... Steve, sakit." Jawab Nita dengan pura-pura terisak.

"Sakit kenapa, Nit? Kau kenapa hah?" suara Steve terdengar meninggi. Pria itu menarik kuat rambutnya ke belakang.

"Sakit. Hiks.. hiks.. hiks.. huwaaaa...."

Tut tut tut

Terdengar nada sambung yang telah diputus. Nita tersenyum kesenangan. ia ternyata bisa membuat pria itu khawatir setengah mati. Nita kini membuka matanya lebar-lebar sambil mengibaskan tangannya di depan mata. Mata gadis itu terlihat memerah karena perih. Gadis itu juga tak lupa menarik kuat hidungnya sampai ia meringis kesakita. Sempurna. Steve akan percaya dengan aktingnya.

Brak!

Nita melihat pintu kamarnya dibuka paksa oleh Steve. Pria itu berlari menghampirinya yang sedang terduduk di lantai. Steve segera mengangkat Nita dan meletakkanya di tempat tidur. Steve mengatupkan tangannya di wajah Nita dan meneliti apakah ada yang terluka.

"Apa ada yang terluka? Apa kepalamu terbentur tadi? Apa kau baik-baik saja?"

Steve memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada Nita. Nita mengangguk.

"Mana yang sakit?" Tanya Steve. Nita menunjukkan kakinya yang membiru pada Steve. Steve meringis melihatnya.

"Itu pasti karena kau tadi berjalan terus. Kau tahu kan kakimu baru saja dapat berjalan." Omel Steve sambil memegang pelan kaki Nita yang terluka.

"Aku tahu. Tapi itu sakit sekali." Adu Nita seperti anak kecil.

"Kenapa kau bisa jatuh sih?"

"Tadi aku mau ke kamar mandi. Tapi gak tahunya kaki aku tiba-tiba berdenyut gitu. Sakit banget, Steve. Hiks..."

Nita mulai lagi mendramatisir keadaan. Steve yang tak tahu dengan niat tersembunyi Nita membujuk gadis itu agar berhenti menangis. "Shhtt. Tenanglah. Aku akan mengambil minyak urut di bawah. Kau diam di sini. Jangan bergerak lagi atau kakimu akan semakin parah. Paham?" Tanya Steve yang terdengar seperti sebuah perintah.

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang