Back To School.

258 23 0
                                    

"Aku akan menjemput kalian nanti. Hubungi aku ya."

Steve mengangguk pada Juny. Ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah setelah liburan semester. Juny melajukan mobilnya meninggalkan kedua sosok di belakang yang masih setia melihat mereka. Juny menatap sekeliling sekolah yang masih dapat ditangkap oleh matanya. Sekolah ini jauh dari kata mewah dibandingkan sekolahnya yang ada di London. Ditengah keasikannya menatap sekeliling, tatapannya tiba-tiba saja jatuh pada sosok gadis yang tengah melangkah masuk menuju sekolah.

Matanya melotot begitu lebar. Sankin lebarnya mata itu seakan mau keluar dari tempatnya. Tidakkah ia salah lihat? Gadis itu sangat mirip dengan gadis yang dilihatnya di minimarket tempat mereka berbelanja untuk pesta barbeque.

Dan satu lagi yang membuat ia merasa begitu kaget. Gelang itu sama dengan gelang yang dipakai oleh mantannya.

"Shit. Oh c'mon, Jun. cobalah ingat dimana kau pernah melihat benda itu selain London."

***

Steve mendorong kursi roda Nita dengan perlahan. Nita merasa sedikit malu karena menjadi pusat perhatian setiap siswa dan siswi sekolahnya. Tentu saja. Melihat seorang duduk di kursi roda dan bersekolah adalah hal yang mengagumkan bukan. Ia juga harus segera menuju ruang tata usaha untuk mengurus ujiannya yang ketinggalan.

"Kita ke tata usaha dulu, Steve." Ucap Nita.

"Kau sudah mengatakan hal itu sejak kita masih di mobil." Sindir Steve.

"Aku hanya mengingatkan mu." Jawab Nita membela diri.

"Aku juga hanya memberi tahumu." Balas Steve tak mau kalah.

Nita memajukan bibirnya kesal. Sejak kapan Steve jadi begitu menyebalkan seperti ini? Steve menunggu Nita di depan kantor tata usaha. Sebenarnya lonceng sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, tapi ia tak mau meninggalkan Nita sendirian. Ia tak mau membuat gadis itu kewalahan karena harus mendorong kursi rodanya sendiri. mendorong kursi rodamu sendiri bukanlah hal yang mudah, teman. Kalau tak percaya kau bisa mencobanya sendiri.

Tak berapa lama Nita keluar dengan wajah lesunya. Steve jadi penasaran apa saja yang dibahas mereka di dalam sedari tadi. "Kenapa begitu lama?"

"Aku tadi bernegosiasi tentang nilaiku yang terancam." Jawab Nita.

"Lalu bagaimana?"

"Mereka menyuruhku melaksanakan ujian susulan di kantor guru. Lalu mereka juga akan memberikanku tugas yang harus dikumpulkan besok hari atau jika guru itu baik hati, maka akan diberi tambahan sampai lusa." Jawab Nita dengan wajah yang sangat lesu.

Steve ingin tertawa karena wajah Nita yang malah terlihat menggemaskan di matanya. Tapi ia masih terlalu sayang dengan nyawanya. Ia tak berani mencari perkara dengan gadis satu ini dalam kondisi yang seperti ini."Tenanglah, aku akan membantumu mengerjakan tugas itu saat di rumah. Aku akan mengantarmu ke ruang guru sekarang."

Nita mengangguk dengan lemas. Steve mendorong Nita menuju kantor guru. Setelah sampai, ia memberi semangat pada gadis itu. Ia melarang Nita untuk bersifat pesimis. Steve memberi sebuah dukungan agar Nita tak terlaluu takut dan khawatir akan nilainya. Nita sedikit bersemangat setelah Steve memberikan kecupan di kepalanya. Padahal ini kantor guru, tapi Steve tak segan-segan menunjukkan kemesraan di depan para guru. Para guru maklum akan sifat Steve yang terlihat begitu romantis pada Nita. Mereka berpikir mungkin Steve masih belum bisa menghilangkan kebudayaan barat yang melekat di dirinya.

"Steve."

Steve menghentikan langkahnya saat mendengar suara Sivi memanggilnya. Steve berbalik dan menatap Sivi. "Apa?"

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang