Bahkan saat seluruh dunia meninggalkanmu, aku akan ada disini. Aku tak akan pergi kemana-mana. Jika kakimu pincang dan tak dapat berjalan lagi, aku akan menjadi kakimu untuk berjalan. Jika suatu saat tanganmu putus, aku akan menjadi tanganmu. Membantumu untuk menggenggam apapun yang kau mau. Jika nanti matamu buta dan tak bisa melihat semuanya, aku akan menjadi matamu. Aku akan membantumu melihat semua warna yang ada didunia ini. Karena itu kau harus kuat.
Seorang gadis tengah duduk sambil bersender di atas ranjang. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Pikirannya terbang melayang ke tempat lain. Atau lebih tepatnya orang lain. Yup, siapa lagi kalau bukan Steve. Kenapa pria itu belum datang juga. Ia sudah menunggu terlalu lama. Padahal tadi pagi Handro sudah berjanji padanya kalau ia akan menyuruh Steve datang menjumpainya. Tapi lihatlah, sampai sekarang pria yang ia tungu-tunggu itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apa Steve sudah tak mau bertemu dengannya? Apa kata-kata Steve yang mengatakan tak mau bertemu dengannya lagi, benar-benar terjadi?
Tes
Air mata Nita jatuh mengenai dadanya. Lekas tangannya mengusap kasar bekas aliran liquid tersebut. Ia menarik nafas panjang dan membuangnya, lalu kembali menatap luar jendela.
Kriet..
Suara decitan pintu yang terbuka mengambil alih pikiran Nita. Ia menatap ke arah pintu dan betapa kagetnya ia mendapati Steve yang berdiri di ambang pintu. Steve mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus putih di dalamnya. Celana jeans hitam panjang dan sepatu sport putih menambah kesan modis sekaligus keren pada sosoknya.
"STEVE...."
Nita memekik girang. Senyuman manis dan lebar terukir di wajahnya yang semakin kurus. Steve yang mendapat tatapan seperti itu jadi salah tingkah dibuatnya. Nita yang lupa akan kondisi kakinya bergeser karena ingin berdiri, dan hasilnya badannya hampir jatuh terjerembap ke samping. Untunglah Steve sigap menangkap tubuh itu sebelum jatuh ke bawah.
"Apa yang kau lakukan hah? Kau mau melukai dirimu lagi?" Tanya Steve memarahi keteledoran Nita. Nita benar-benar sangat ceroboh. Itulah kenapa Steve tak pernah bisa meninggalkan Nita. Beberapa hari yang dilaluinya tanpa Nita sungguh hari terberat yang pernah dijalani.
Nita tidak membalas omelan Steve. Ia hanya tersenyum lebar lalu memeluk sosok didepannya. Pelukan yang diberi Nita kepada Steve sangat erat. Sankin eratnya, Steve sampai dibuat kesulitan bernapas. "Aku merindukanmu." Kata Nita tulus dari hati. Hati Steve menghangat mendengar ungkapan Nita barusan. Iapun segera membalas pelukan Nita dengan melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu.
"Terimakasih sudah datang." Ucap Nita lagi. Sebuah tangan kekar milik Steve terangkat, mengusap pelan pucuk kepala Nita. Mengelusnya dengan sayang dan lembut.
"Aku juga merindukanmu." Ucap Steve tak kalah tulus.
Nita mendongakkan wajahnya tanpa melepaskan pelukannya dari Steve. Ia menatap Steve lamat-lamat. Steve melihat mana Nita yang begitu sendu, penuh dengan penyesalan dan kerinduan yang begitu mendalam. Membuat Steve terhanyut di dalamnya.
"Maaf." Akhirnya, akhirnya Nita bisa mengatakan satu kata itu. Sudah lama ia ingin mengatakannya pada Steve, tapi tak pernah bisa terkabul karena tak bisa bertemu.
Steve tersenyum kecil kemudian mengangguk. Ia lalu membawa Nita ke dalam pelukannya lagi. Steve menumpukan dagunya pada kepala Nita. Sedangkan Nita, ia menyenderkan kepalanya pada dada bidang Steve. Tangan Steve mengelus lembut punggung dan rambutnya bergantian. Membuat Nita merasa tenang sekaligus nyaman.
"Tak apa, Nita."
"Aku mohon jangan marah padaku. Jangan pernah tinggalkan aku lagi. Aku tak bisa kalau tak denganmu lagi." Steve bisa mendengar isakan kecil dari suara Nita. Iapun mengangguk dan Nita tahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT LOVE (SELESAI)
Teen FictionNita Amora, seorang gadis berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada Marco sahabatnya sendiri yang ternyata juga tengah terpikat dengan sosok gadis lembut, Sivi. Namun seiring berjalannya waktu, Marco pun menyadari perasaannya pada Nita. Marco bahkan me...