Ilalang

404 38 1
                                    

Ia tak pernah lelah meskipun angin membuatnya jatuh. Cintanya begitu kuat sehingga bisa membuat ia bertahan meskipun angin datang. Ia hanya bisa tersipu malu dan menunduk. Begitu murni cintanya.

Steve memarkirkan motornya setelah sampai dirumah. Ia kemudian turun untuk membantu Nita turun dari motor. Steve lalu merebahkan Nita ke kasurnya. Dibukanya sepatu sekolah Nita dan meletakkan tasnya ke meja belajar gadis itu. Selesai dengan itu, Steve duduk disebelah kepala gadis itu. Dielusnya dengan lembut rambut Nita seakan takut mengganggu istirahat gadis itu.

Nita mengerjap-ngerjapkan matanya. Mencoba beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke retina matanya. Perlahan penglihatannya mulai jelas. Ia mengalihkan pandangannya ke semua sudut ruangan yang tampak familiar di matanya. Oh benar, ini adalah kamarnya. Ia kemudian mendapati Steve disana, disebelah kepalanya. Sedang duduk dan mengelus kepalanya lembut. Nita merasakan desiran aneh saat Steve mengelus kepalanya dengan begitu lembut. Namun Nita langsung merasa kecewa saat Steve melepaskan elusannya. "Apa kau lapar?" tanya Steve dengan lembut.

Nita hanya mengangguk lemas sebagai jawaban dari pertanyaan lelaki itu. "Baiklah. Akan kubuatkan bubur untukmu." Steve lalu berdiri dari duduknya untuk membuatkan Nita bubur namun langkahnya terhenti saat Nita menarik tangannya sampai ia jatuh terduduk tepat disebelah gadis itu.

"Tidak usah. Kau disini saja ya. Aku sedang tidak ingin apa-apa." ujar Nita lemas. Steve menghela nafas pendek. Gadis ini sedang lemas, sebaiknya ia memberikan asupan nutrisi ke perutnya, bukannya malah melarang Steve untuk membuatkannya bubur.

"Tap-" ucapan Steve terpotong saat Nita meraih tanggannya dan meletakkannya ke kepala gadis itu. Ia mengarahkan tangan itu untuk mengelus-elus kepalanya. Steve tertegun melihat Nita. Mata Nita menatap mata Steve dengan intens.

"I need you now, Steve." ucap Nita yang membuat jantung Steve seakan mau keluar untuk lari marathon. Steve dengan gugup kembali mengelus kepala Nita karena ucapan gadis di depannya itu.

Nita menutup matanya, meresapi setiap sentuhan lembut dari Steve. Entah kenapa ia menyuruh Steve melakukan ini. Yang jelas, itu yang terlintas diotaknya saat itu. Begitu nyaman dan hangat. Ia begitu menyukai elusan ini. Perlahan rasa kantuk menyerangnya sampai akhirnya ia tertidur juga. Steve menghentikan usapannya saat dirasanya Nita telah tertidur. Ia menghela nafas panjang, tidak, ia tidak boleh jatuh terlalu dalam dengan sahabatnya itu.

***

"Hati-hati ya." ucap seorang gadis yang telah turun dari motor merah besar di depannya. Pria yang memboncengnya mengangguk sambil tersenyum.

"Jangan balap-balap lo." nasihat gadis itu sambil memasang tampang mengancam. Pria itu lalu tersenyum dan menarik hidung gadis didepannya dengan sedikit kuat sehingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Marco bodoh. Itu sakit tau." pria yang tak lain namanya adalah Marco itu tertawa melihat tingkah gadis itu.

"Iya, Sivi. Aku bakal hati-hati kok. Ya sudah aku pulang ya."

"Oya, jangan lupa selesaikan masalahmu dengan Nita. Jangan karena masalah sepele persahabatan kalian malah jadi rusak." pesan Sivi sebelum Marco pergi.

Marco mengangguk lalu pergi meninggalkan Sivi. Wajah ramah gadis itu tiba-tiba berganti dengan wajah yang menyeramkan. Seperti menyiratkan kebencian yang sangat mendalam, namun entah kepada siapa ditujukannya.

***

Steve baru saja pulang dari belanja. Sebenarnya ia takut meninggalkan Nita sendirian dirumah dalam keadaan sakit. Tapi kulkas mereka sudah kosong dan harus diisi.

"Apa dia sudah memakan buburnya ya?" Steve melihat jam dipergelangan tangannya. Ternyata sudah pukul delapan malam. Ia lalu berjalan masuk menuju kamar. Namun, ia mendapati seorang gadis yang tengah tertidur pulas di atas sofa ruang tengah.

SILENT LOVE (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang