Di hadapanku sudah ada tiga piring nasi goreng. Yang dimana masing-masingnya dibuat oleh ketiga orang berbeda. Mereka adalah Om Brama, Mas Erick, dan Mas Galuh. Hanya saja, aku gak tahu yang manakah piring nasi goreng buatan mereka itu.
Aku mencicipi piring pertama. Satu suapan sudah berada di dalam mulutku. Rasanya enak. Bumbunya juga terasa kuat sekali.
Lalu aku mencoba piring kedua. Kalau yang ini, rasanya asin dan agak hangus. Sontak perhatianku langsung tertuju pada Mas Galuh. Aku udah yakin banget kalau nasi goreng asin ini pasti buatannya.
Dan yang terakhir, aku mencicipi nasi goreng dengan taburan bawang goreng, irisan tomat dan timun diatasnya.
Aku menyendoknya sedikit. Kukunyah perlahan. Dan ----
'Nasi goreng buatan papa enak banget!! Aku boleh nambah lagi kan, pa?!!'
Dan entah kenapa, perhatianku langsung tertuju pada Om Brama.
"Om Brama ---"
"Haha, maaf ya Den kalau rasanya tidak seenak buatan Mas Erick."
Aku menggeleng. "Ini enak banget, Om.."
"Yaa, berarti pemenangnya Pak Brama ya, Den?" Kata si mbok.
Aku memang belum menentukan siapa pemenangnya. Karena saat ini, aku masih memusatkan perhatianku pada sepiring nasi goreng buatan Om Brama.
Ingatanku akan sosok seseorang yang paling kucintai. Ingatan akan masa kecilku dulu. Seolah aku bisa melihat semuanya kembali...
Papa...
Tak terasa air mataku menitik.
Aku cuma ingin papa kembali seperti dulu. Aku ingin papa selalu ada di sampingku. Menemaniku bermain, menonton, belajar, dan tidur bersama.
Aku tidak ingin rumah bagus, mobil mewah, dan papa jadi presiden. Aku cuma ingin papa yang dulu. Papa yang kukenal. Bukan papa yang tampak seperti orang asing di mataku.
"Den Jevin, jangan sedih..." Si mbok mengusap-usap punggungku. Tapi perlakuannya itu, makin membuat hatiku perih.
"Besok aku mau ke Surabaya.." Kataku sambil terisak. Cuma mama dan Rega yang bisa membuat hatiku tenang saat ini. "Om, besok anterin aku ke Surabaya ya.. Mas Galuh.."
"Tapi, Den. Saya harus mendapat izin dulu dari Bapak."
BRAKKK..!!
"KALO OM BRAMA SAMA MAS GALUH GAK MAU NGANTERIN AKU, BIAR AKU BERANGKAT SENDIRI AJA!"
Aku kembali ke kamarku. Mengemasi beberapa potong pakaian ke dalam tas ranselku. Aku gak peduli, meskipun aku belum pernah ke rumah mama sendirian. Yang penting besok akan tetap nekat pergi ke sana.
"Den Jevin..."
"Aku besok mau berangkat sendiri aja!"
"Den Jevin tahu alamat persisnya?"
Mataku membulat dengan secercah harapan yang diberikan Om Brama barusan.
"Mas Brama...!" Mas Galuh memekik.
Aku buka hapeku. Lalu kutunjukkan alamat rumah mama ke Om Brama.
"Oke. Besok kita berangkat."
"Beneran, Om?!!"
"Mas Brama, gimana nanti kalau Pak Marvin marah?!!"
"Mas Galuh!!" Aku melotot sama dia. "Kalo Mas Galuh gak dukung aku, sana jadi ajudannya papa aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...