"Mas, lihat orang yang tadi gak?"
"Sudah saya bawa ke pimpinan rumah sakit, Den. Biar dia diproses."
Mataku memelotot. "Mas Galuh kok gitu?!" Aku memaksakan diri untuk turun dari kasur. Meski tubuhku lemas, tapi aku harus menemui Kak Randy.
Jika saat ini dia kerja di rumah sakit ini, pasti ada alasan dibaliknya. Setahuku, Kak Randy itu bukan tipe orang yang sabaran dan pengertian. Jadi gak mungkin kalau dia --
"Kak Randy...!"
Aku terus memanggil dan memanggil namanya. Namun Kak Randy tak juga kunjung menoleh padaku.
"Kak Randy, tunggu aku!! Jangan tinggalin aku...!"
Kak Randy akhirnya menghentikan langkahnya. Berbalik dan menatapku dengan penuh kebencian.
"Kak Jevin -- maksudku Geo, dia dirawat di rumah sakit ini kan?!"
"Apa urusan lo, jing?!"
"Jaga mulutmu!" Mas Galuh membentak tegas.
"Bukannya Kak Randy gak suka bau obat? Dan bukannya Kak Randy itu cita-citanya mau jadi pembalap motor? Terus, kenapa Kak Randy sekarang kerja disini?"
Kak Randy masih menatapku. Aku berharap, dia akan percaya dengan semua ucapanku.
"Si Geo pasti udah cerita banyak ke lo kan? Dasar..."
"Ini aku, Kak Randy. Aku -- Geo.."
Kak Randy menaikkan satu alisnya. Namun Mas Galuh-lah yang paling ekspresif.
"Sejak kejadian itu, kenapa Den Jevin selalu menyebut nama Geo? Memangnya Geo itu siapa, Mas?"
"Karena aku ini emang Geo, Mas Galuh! Aku bukan Kak Jevin anaknya Pak Marvin! Tapi aku Geo!"
"Den Jevin sepertinya demam lagi.."
"Kak Randy! Kakak masih inget kan waktu kita study tour ke Jakarta, dan sepanjang perjalanan itu kakak selalu menggenggam tanganku di dalam bis?"
Kak Randy masih saja diam tanpa ekspresi.
"Aku dikasih hape baru sama papa. Tapi aku gak dikasih chargerannya...!"
Kak Randy masih belum percaya.
"Tasku dicuri. Lalu Kak Randy yang mengejar pencuri itu.."
Ekspresi Kak Randy berubah perlahan.
"Di hotel kasur kita terpisah. Tapi Kak Randy mendempatkan kasur. Supaya aku gak jatoh dari kasur lagi."
"Geo --"
"Kak Randy dateng ke rumahku -- membantuku mencuci -- dan kita ketiduran gak tahu kalau diluar hujan turun dengan sangat deras."
"Geo --"
"Dan ---" Aku mengeluarkan kalung liontin dari dalam kaosku. "Kak Randy ingat liontin ini?"
"Shitt!!" Kak Randy meraih kerahku lagi.
"Aku memilih kotak yang berisi mawar hitam. Dan Kak Randy kesal dan membuang seluruh kotak itu.."
"Kamu ---"
"Kak Randy -- aku menemukan liontin ini di dalam buku hariannya papa. Tepat sesaat sebelum peristiwa itu."
"Mustahil ---"
"Aku mengambil liontin ini, dan memberikannya pada papa. Aku minta pada papa agar menjaganya. Karena bagiku -- liontin pemberian Kak Randy ini sangat penting dan berarti untukku."
"Geo ---"
"Kak Randy -- seharusnya waktu itu aku mendengarkan ucapan Kak Randy. Seharusnya aku ikut pulang sama kakak." Sebulir air mataku mulai mengalir turun. "Tapi aku malah memilih Kak Rega. Dan aku -- bodoh sekali..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...