"Kak Randy, aku takut..."
Bukannya mendukungku, tapi dia malah kelihatan kayak salah tingkah dan malu saat sedang berjalan denganku.
"Jangan diem aja kek! Ngomong apa gitu.."
"Ehmmm -- aku ngerasa agak aneh aja jalan sama kamu, dek.."
"Aneh gimana maksudnya?!" Kulepaskan peganganku dari tangan Kak Randy. "Aturan Kak Randy senang dong, kan sekarang tubuhku udah tinggi, keren, dan macho lagi..!"
"Yaa, lebih baik kalo kamu di tubuh aslimu aja deh, dek.."
Oke. Aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Karena sekarang, yang lebih penting dan utama adalah, aku akan menemui papa. Papa kandungku loh ya.Bukan papanya Kak Jevin yang mau jadi presiden itu.
Jam besuk tahanan sekitar 5 menit. Dan perasaanku campur aduk gak karuan.
Aku terus berfikir, kalau papa pasti sangat tersiksa berada di dalam penjara. Tidur tanpa kasur. Dingin dan lembab. Apalagi harus bercampur dengan orang-orang yang sangat menyeramkan.
Disini bukan aku satu-satunya orang yang ingin menjenguk seorang tahanan. Tapi ada banyak anggota keluarga, atau mungkin kerabat yang sengaja datang untuk sekedar menjenguk dan membawakan makanan.
Papa muncul juga. Dengan baju oranye dan kedua tangan yang terborgol. Wajahnya kelihatan lesu dan letih sekali.
Apa mungkin papa disiksa di dalam penjara?
"Om.." Kak Randy yang menyapa duluan.
Papa mengulas senyum simpul. Lalu dia menancapkan pandangannya padaku.
"Siapa dia, Ran?"
"Dia --"
"Papa.." Ujarku setengah berbisik. Kubuka masker abu-abu yang menutupi sebagian wajahku.
Papa agaknya kaget denganku. Reaksinya masih sama seperti malam itu. Malam dimana dia sangat ingin membunuhku.
"Kamu..."
Matanya memelotot. Merah dan menakutkan. Papa masih menyimpan dendam itu sepertinya.
Bukan kepadaku. Melainkan kepada Kak Jevin.
"Kenapa kamu aja dia kesini, Randy?!"
"Om Brama, ada sesuatu yang harus Om Brama ketahui --"
"Papa selalu saja pergi meninggalkanku sendirian. Apa hal itu belum cukup puas..?" Kalimat itu meluncur saja begitu saja dari mulutku. "Papa tidak pernah datang mengambil raportku. Karena papa selalu sibuk dengan pekerjaan."
Mata papa makin memperlihatkan emosi dan rasa kebencian yang luar biasa. Tapi aku tak akan menyerah. Karena, aku ini adalah Geo. Anak kandungnya.
"Apa papa pikir, aku suka dengan kehidupan seperti ini? Selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Harus beradaptasi dan menemukan teman baru, padahal aku sudah mulai nyaman dengan lingkungan dan teman-temanku?"
"Kamu ---"
"Apa papa ingat, ketika malam itu papa pulang dalam keadaan mabuk berat?"
Aku terdiam. Kutunggu reaksi darinya. Dadaku rasanya sesak sekali jika harus kembali mengingat peristiwa malam ini.
"Papa mendobrak pintu kamarku, mencekik leherku dengan ikat pinggang -- dan papa -- melakukan sesuatu yang tidak seharusnya papa lakukan terhadapku? Anak kandung papa sendiri?"
"Geo --"
"Dan itulah kali pertamanya, aku bisa mengeluarkannya. Cairan putih kental yang selalu kusebut dengan 'pipis enak'. Tapi ternyata itu adalah sperma." Kutatap lebih dalam matanya. "Aku tahu papa sangat menyesal. Karena papa terus menangis sambil meminta maaf dan memelukku sepanjang malam.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...