"Om Brama, berhentiii...!!"
Seketika Om Brama menginjak rem, sampai mobil papa bunyinya berdecit kayak anak tikus yang lagi terjepit.
Aku keluar dari mobil, dan langsung berlari ke tengah jalan. Ya, ke tengah jalan raya yang saat itu dalam keadaan ramai sekali.
Tinnn...!!
Aku memelotot pada si pengendara motor yang membunyikan klakson motornya itu.
"GAK LIAT APA ADA ANAK KUCING?!! HATI-HATI DONG WOIII...!!" Teriakku tak kalah sengit pada pengendara motor yang tak sabaran itu.
Aku ambil anak kucing berbulu putih seperti gumpalan kapas lembut itu. Mas Galuh dengan sigap mengawalku. Membantuku kembali ke pinggir jalan.
Fiuhh, untungnya anak kucing ini dalam keadaan baik-baik aja.
"Den Jevin gak papa kan?" Tanya Mas Galuh cemas.
"Aku gak papa. Tapi aku khawatir sama anak kucing ini."
"Coba saya periksa kondisinya, Den.." Kata Om Brama.
Dia pun memeriksa anak kucing yang kuperkirakan umurnya baru beberapa minggu ini.
'Ehh, dia Jevin kan?!'
'Bener itu dia orangnya!'
'Yahh, sekolah kita bakalan gak aman lagi deh..'
Aku menoleh ke belakang. Kuperhatikan beberapa siswa berseragam sekolah yang sama dengan sekolahku, sedang berdiri memperhatikanku.
Aku mencoba melempar senyum pada mereka. Tapi mereka malah seperti segan dan takut padaku.
Aku menghela nafas pendek. Kuperhatikan gerbang nan tinggi menjulang yang ada di hadapanku. Rupanya aku sudah sampai di sekolah. Sekolah yang sangat terasa asing bagiku.
Apakah aku dulu memang pernah sekolah disini ya...?
Aku melewati gerbang sekolahku dengan berjalan kaki. Sebab naik kembali ke mobil pun rasanya hanya akan membuang waktu.
"Selamat pagi, Mas Jevin."
Aku celingukkan. Rupanya dua satpam itu yang menegurnya.
"Ahh iya, selamat pagi juga." Balasku. Tapi kedua pria beda usia itu malah saling menatap kebingungan.
Aku menghampiri mobil papa. Anak kucing itu masih mengeong dalam gendongan Om Brama. Aku suka sekali dengan Om Brama. Karena meskipun kesannya dia seram dan cowok banget, tapi rupanya dia sangat penyayang sama binatang.
"Nanti kita bawa pulang aja ya.."
"Saya setuju aja, Den. Tapi nanti Papanya Den Jevin bagaimana?"
"Ahhh, Om Brama gak usah cemas. Si papa aja jarang pulang. Jadi dia gak bakalan tahu deh.."
Aku melempar pandanganku sejauh mungkin. Kudapati tatapan aneh dari siswa lain yang berseliweran di dekatku.
"Aku ke kelas dulu ya.." kataku ragu pada Mas Galuh dan Om Brama.
"Hati-hati ya, Den. Saya dan Galuh akan tetap disini."
"Mas Galuh, beliin makanan buat kucingnya ya.."
"Ikan tongkol di warteg aja kan, Den?"
Mataku sontak memelotot. Dia ini kalau bicara suka asal. Anak kucing masih kecil gitu kok dikasihnya ikan tongkol. Bilang aja itu sih makanan kesukaan Mas Galuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...