"Jevin!! Syukurlah kamu sudah siuman, sayang...!!"
Aku menelan ludah. Sekarang aku baru tahu. Kenapa aku sangat menyukai pria tampan dan gagah yang sedang memelukku dengan wajah sedihnya itu.
Dia memang bukan papaku. Dia itu orang lain. Orang yang sering muncul di layar tv. Orang yang pernah mengagahiku beberapa kali di kamar ini.
Aku sangat suka dan ketagihan, tiap kali pria ini mencumbu bibir, menjilati leherku, dan memasukkan burungnya ke dalam lubang pantatku.
Sakit pada awalnya. Tapi dia berhasil membuatku sangat nyaman dan terus ingin mengulanginya lagi.
Dan itulah kenapa, aku sangat benci ketika melihat pria ini sedang melakukan seks dengan wanita yang selalu mendampinginya itu.
"Anak Pak Marvin cuma mengalami syok saja. Tidak sampai membahayakan. Tapi sebaiknya, biarkan Jevin beristirahat total selama beberapa pekan."
"Anda yakin, Dokter? Apa tidak sebaiknya, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut? Saya takut kalau misalnya ada serpihan peluru yang masuk ke dalam kepalanya?"
"Pak Marvin, kondisi Jevin tidak mengkhawatirkan. Saya bisa memastikannya."
Aku mengedarkan pandangan. Kenapa aku tidak melihat papa? Biasanya kan papa selalu berdiri berdampingan dengan Mas Galuh.
Kemana dia hari ini?
"Den, si Mbok buatkan susu hangat untuk Aden."
Aku menggeleng. "Es batunya mana, Mbok?"
"Jevin kan baru siuman. Jangan minum yang terlalu dingin dulu ya.."
"Tapi, pa ---" Aku terdiam. Dia bukan papaku. Jadi, aku tak perlu memanggilnya papa bukan?
Pria bermata kecil, berhidung lancip dan berkumis tipis itu, menyuruh semua orang di kamarku keluar. Setelahnya dia ikut berbaring di sebelahku.
"Papa tidak bisa membayangkan, kalau tidak ada Galuh saat itu." Katanya sambil memelukku.
Aku memejam. Aroma hangat nafasnya membuat tubuhku bergetar.
"Ternyata benar apa yang kamu pikirkan. Papa tidak terlalu mempercayai Galuh. Padahal dialah orang yang sudah menyelamatkan anak Papa satu-satunya."
Kudekatkan hidungku pada lehernya yang kokoh. Aroma parfumnya, membuatku terangsang. Kepalaku masih pusing dan sakit sekali. Tapi aku mau dia menggagahiku lagi seperti waktu itu.
Dengan tubuh tegapnya yang banjir peluh. Dia terus membanjiri mulutku dengan liurnya.
Aku suka dengan pria ini. Aku ingin dia mendampingiku selamanya.
'Geo...'
Aku terbelalak. Bayangan Kak Randy muncul sekelebatan. Nafsuku pada pria ini mendadak sirna. Lantas kubalikkan tubuhku. Memunggunginya.
Kak Randy. Dimana dia sekarang? Apa dia tidak kangen padaku? Kenapa dia tidak berusaha mencariku.
"Jevin, kamu istirahat saja dulu."
"Papa mau kemana?"
"Papa ada urusan sebentar. Sore nanti Papa sudah pulang lagi."
Aku menatapnya lekat-lekat. Mataku dan matanya bertemu. Dalam sebuah ikatan terlarang.
Pria itu mendekatkan wajahnya. Lalu ciuman hangat dan menggetarkan itu kembali terjadi.
"Papa sayang kamu, Jevin.."
"Pa..." Aku meraih tangannya. "Aku tidak berubah kan?"
Pria itu membelai kepalaku. "Kamu berubah banyak sekali. Tapi kalau boleh jujur, kamu tetap seperti ini ya? Jangan jadi Jevin yang seperti dulu lagi.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...