Dua.Empat

2K 207 3
                                    

Tidak ada yang seorang pun yang bisa kupercaya di rumah ini. Baik Pak Hans si pemimpin dari semua ajudannya papa, sampai si mbok pun gak bisa kupercaya.

Aku harus berhati-hati sekali dalam setiap sikap dan ucapanku. Di hadapanku mereka semua memang memasang wajah baik dan penuh rasa hormat. Tapi kan aku gak tahu apa yang mereka bicarakan di belakangku?

Pagi ini aku lagi berjalan-jalan bingung gak tahu mau ngapain. Aku kesana kemari, cuma untuk menghabiskan waktu.

Untung aja kemaren itu papa gak sampai marah-marah. Aku buat alasan aja, kalau aku ingin pergi ke toko buku sebentar. Dan memang, aku memperlihatkan beberapa buku yang memang sengaja kubeli sebelumnya.

Si mbok! Aku langsung merapatkan tubuh ke tembok. Kulihat, gerak-gerik wanita tua itu sangat mencurigakan sekali. Dia celingukan kesana kemari sambil membawa sesuatu di tangannya.

Aku ikuti dia hingga ke dapur khusus para asisten rumah tangga dan orang yang bekerja di rumah ini.

Mas Galuh?!!

Ya Tuhan!! Selama ini aku telah mempercayainya. Dan bahkan ia juga sudah kuajak ke rumah kontrakkan papa. Melihat tubuh asliku yang sedang dalam keadaan koma.

Si mbok bisik-bisik sama Mas Galuh?

Tunggu dulu! Apa itu yang dikasih si mbok sama Mas Galuh? Kok kayak amplop kecil berwarna kuning?

Serbuk? Tapi itu serbuk apaan?

Pikiranku jadi bercabang kemana-mana. Serbuk itu benar-benar sangat mencurigakan. Aku harus tahu, apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan itu!

"Wihh, kamu sedang buat apa, luh?!"

Seorang ajudan papa masuk sambil membawa teko air panas yang sudah kosong.

"Jangan keras-keras nanti ada yang tahu!" Si mbok menepuk lengan pria itu.

"Memangnya apa toh, mbok?"

Si mbok pun berbisik pada pria itu. Sumpah! Aku sangat penasaran dengan bubuk mencurigakan itu.

"Hahahah, jadi -- si Galuh minum jamu pengusir bau badan?!"

"Jangan keras-keras, nanti Den Jevin bisa dengar!"

Aku melongok sejadinya. Jadi, yang diminum Mas Galuh itu jamu? Jamu buat ngusir bau badan? Emang ada ya?

"Jangan bilang sama siapa-siapa ya, Mas. Saya malu soalnya."

"Galuh-Galuh. Mangkanya kamu itu mbok ya belajar berkaca diri. Kamu itu sekarang tinggal di kota. Dan lagi, kamu jadi pengawal khususnya Den Jevin. Masa iya, kamu gak pernah berbenah diri?"

Apa yang dikatakan ajudan papa itu benar adanya. Kadang aku bingung dengan gaji yang didapatkannya. Sebetulnya uang itu, dia belikan untuk apa sih?

"Meskipun kita ini cowok dan statusnya cuma ajudan -- tapi yaa mesti ngerawat diri."

Don't Kill Me Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang