Satu.Enam

2.4K 205 6
                                    

Saat aku tiba kembali di rumah, papah lagi gak ada. Tugas lagi dia sepertinya. Itu yang kudapat keterangannya dari Bu RT. Orang yang papah percaya untul menitipkan kunci rumah padanya.

Aku sebetulnya males untuk melakukan ini dan itu. Tubuhku rasanya masih capek dan gak karuan. Perjalanan Jakarta-Surabaya itu memang sangat panjang dan melelahkan.

Aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Lalu mataku mulai terpejam. Aku pun tidur tanpa mengganti baju, dan setumpuk pakaian kotorku, oleh-oleh yang kubawa dari Jakarta.

Aku terbangun keesokkan siangnya. Kulihat jam di hapeku yang sudah menunjukkan jam 11 siang. Pantes aja perutku keroncongan.

Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Tapi saat aku membuka celana dalamku, aku melihat ada cairan putih seperti berlendir dan kental di dalamnya. Bahkan sebagian batang burungku juga rasanya licin sekali.

Apa semalem aku mengompol ya? Entahlah...

Pakaian kotorku banyak sekali. Baik yang habis kubawa dari Jakarta, maupun sebelum aku berangkat ke Jakarta.

Papah memang tidak bisa kuandalkan. Dia itu gak akan mau untuk mengerjakan hal seperti ini. Daripada ribet-ribet mencuci, papah lebih suka menjemur baju yang habis dipakainya, dan besoknya dia akan memakai baju itu lagi. Padahal aku sudah berkali-kali bilang, kalau baju itu baunya campur aduk. Antara bau keringatnya, matahari, dan tengik.

Tin..!

Suara klakson motor. Aku bergegas ke depan, siapa tahu saja yang datang itu papa.

"Aku kira kamu masih tidur. Soalnya tadi pagi aku kesini, gak dibukain pintu."

"Kak Randy kesini ya?" Aku jadi gak enak.

Dia mengangangguk sambil sedikit mengacak rambutku. "Sampai aku selesai sarapan ketupat sayur yang lewat, dan ngobrol sama Bu RT di warungnya itu --- tidur kamu pules banget ya?"

Don't Kill Me Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang