Satu.Kosong

3K 223 15
                                    

Udah jam setengah tujuh lewat, tapi papa belum dateng juga. Semalam, terpaksa aku ngebobol celenganku sendiri. Meski jumlah gak banyak, tapi lumayanlah untuk uang saku selama aku karya wisata nanti. Daripada aku sama sekali gak pegang uang.

Aku memilih kursi sebelah kiri, nomer dua dari depan. Soalnya yang paling depan itu, nantinya akan diduduki oeh Pak Gunawan dan seorang kakak kelas yang sengaja ikut untuk membantu mengawasi kami. Sedangkan di kursi belakangku, ada Kak Alfin sama Kak Ilo yang udah dateng pagi-pagi banget tadi.

Sedangkan sejajaran denganku, ada Kak Liana dan Kak Zee yang sejak tadi sibuk mengatur posisi tas perbekalan mereka.

Aku masih belum tahu akan duduk dengan siapa. Semoga aja aku bisa duduk sama Kak Tio yang anaknya super pendiam itu.

Pak Gunawan naik ke atas bis. Dia mengabsen kami satu persatu. Lalu mengamati kami semua anak muridnya.

"Kalau begitu, masih ada bangku kosong ya?"

"Yahh, jangan dicampur sama kelas lain dong! Jadi gak seru nih...!" Tukas Kak Sentot si cowok yang paling berisik di kelasku. Untung aja dia duduk di bangku paling belakang.

"Cuma satu orang kok." Pak Gunawan lalu turun, dan menghilang entah kemana.

Sepertinya papa udah gak bisa aku harapkan lagi kedatangannya.

"Jangan ngelamun woii, masih pagi..!" Kak Liana mengagetkanku. "Tenang aja Dek, semua bekal udah tersedia komplit. Mulai dari pocari, tolak angin, minyak kayu putih, minyak gosok, antimo, obat sakit perut, cemilan, semuanya udah aku siapin."

Aku memperlihatkan satu kantong kresek belanjaanku yang isinya air mineral, roti, wafer, biskuit, sama ciki-ciki.

Don't Kill Me Papa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang