"Jevin, kok makannya gak dihabisin?"
Aku menatap papa. Lalu kutatap piring makanku sendiri. Meski ada begitu banyak hidangan lezat di hadapanku saat ini, tapi entah kenapa selera makanku hilang.
"Jevin lagi gak enak badan?" Papa memegang dahiku.
"Maaf Pak Marvin, kalau saya memotong. Tapi Den Jevin memang belakangan ini sangat susah makan."
"Benar yang dikatakan Galuh, Jevin?"
Aku menepis tangan papa. Kudorong piring makanku. Dan kuletakkan kepalaku di atas meja.
"Aku gak laper, papa.."
"Jevin, jangan buat Papa cemas dong. Kamu kenapa?"
"Om Brama --" Lidahku refleks mengyebut nama itu. "Om Brama dimana?"
"Dia lagi cuti. Ada urusan keluarga katanya."
Aku mengangkat kepalaku kembali. Kutatap wajah papa yang tampan itu.
"Apa Papa suruh Erick untuk membuatkan puding strwberry kesukaanmu?"
"Mau saya buatkan, Den?"
Aku mengangguk pelan. Mulutku rasanya pahit banget. Ingin aku makan yang manis-manis untuk saat ini.
"Jevin, Papa minta maaf kalau belakangan ini Papa hampir tidak pernah memperhatikanmu.."
"Papa.."
"Iya, sayang..." Papa membelai kepalaku.
"Kalau papa disuruh memilih antara -- jadi presiden -- atau -- kehilanganku -- papa lebih memilih yang mana?"
"Kenapa kamu mengatakan itu, sayang?" Papa menarikku. Mencium kepalaku. "Sebelum ini pun, kita sudah hidup sangat bahagia dan berlebihan. Papa sayang kamu, Jevin.."
Papa berbohong lagi. Aku tahu bahwa papa memang sangat berambisi untuk menjadi orang nomer satu di negara ini.
Hal-hal yang selama ini aku lihat di tv, aku merasa bahwa papa akan melakukan segala cara untuk mewujudkan ambisinya itu.
Kini, 3 dari 7 parpol yang ada di negeri ini sudah memberikan dukungan penuh pada papa. Jika satu lagi parpol bergabung dengan kubu papa, maka sudah bisa dipastikan kalau papa-lah yang akan memenangkan pemilihan presiden periode tahun 2019 ini.
"Pak Marvin, anda sudah ditunggu di ruang pertemuan."
Aku melirik sinis pada wanita itu. Wanita centil dan murahan yang nyaris saja merebut papa dariku.
"Galuh, saya titip Jevin. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya."
"Baik, Pak Marvin."
"Jevin, Papa --"
Kujauhkan wajahku darinya. Lebih baik aku dicium sama Mas Galuh, daripada papa.
Aku akan terus mengawasi gerak-gerik papa dan wanita itu. Tak akan kubiarkan dia merasakan penis papa lagi! Tidak akan pernah!!
"Den Jevin, saya tadi habis beli es kelapa muda. Aden mau?"
"Hushh!! Kamu itu jangan sembarangan kasih minuman ke Den Jevin!"
"Gak papa kok, mbok." Aku melihat ekspresi bersalahnya Mas Galuh. Entah sampai kapan, dia bisa diterima seutuhnya disini.
"Enak, Mas! Seger!!"
"Lebih enak mana sama puding buatan saya?" Mas Erick muncul dengan seloyang puding strawberry yang harumnya sangat kusuka itu.
"Tapi kan belom jadi, Mas. Masih panas gitu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Kill Me Papa!
Teen Fiction[[ Cerita ini dirubah seluruhnya. Mohon maaf untuk yang sudah pernah baca prolog sebelumnya😒😒😒]] ~~~~~ Ketika orang yang sangat kamu sayangi dan cintai mendadak sangat membenci dan bahkan ingin membunuhmu...!! FYI : C...