Se-Layla itu Kah Kamu?

54 4 2
                                    

      Syair itu menjadi penutup perjumpaan dengan Sang Imam, wong sekelebatan lagi ujug-ujug Majnun sudah gila lagi di depan gerbang rumah Layla. Dan Rahwana kembali mengagumi Widiowati dan aku kembali ke desa di Pegunungan Pekalongan. Aku enggak berani bertanya apa makna syair itu, namun kata Sang Imam suatu saat nanti ada anak cucu beliau yang akan mensyarah syair itu.

      Sesampainya di Pegunungan Pekalongan lagi-lagi aku merindukanmu untuk yang kesekian kalinya. Kau berkata bahwa Sinta dari masa depan meminjamimu syarah Kitab Al-Rashafat dari perpustaakan Alexandria, kebeneran tepat pada halaman ke 33 kamu menemukan teori;

       "Layla adalah malam. Kekasih yang keberadaannya tak terpandang, tetapi kehadirannya terasa begitu dekat. Majnun mabuk dalam cinta dan kerinduan. Apa daya kedua bola matanya tak kuasa memandang Layla. Maka, ia bermunajat sepanjang malam. Menyendiri di pekarangan rumah Layla tanpa kawan tanpa penjaga. Kendati dalam kesendirian, Majnun tenggelam dalam kebahagiaan karena malam hanyalah miliknya."

       Dari langit ada semacam suara menggelegar, hanya suara saja,"Jangan salah memahami Layla dan Majnun". Lantas hilang dan digantikan kasidah syahdu,"Ana masghulun bi Layla 'an jami'il kauni jumlah".

        Malam semakin gelap saat kerinduanku kepadamu akan terasa semakin panjang. Sementara "para kekasih disibukkan oleh 'Layla' dari seisi dunia".

Catatan: "para kekasih disibukkan oleh 'Layla' dari seisi dunia" bermakna munajat

Kitab RomancukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang