Kalahkan Dulu Dirimu, Baru Cintai Aku Mas

22 1 0
                                    

Pada suatu titik Dasamuka memasuki sebuah fase yang disebut sebagai fase Kailash. Fase ini ditandai dengan keangkuhan ego. Di mana yang menjadi pemenang dalam pertarungan "Aku-Diri" adalah ego. Meskipun demikian, fase ini sangat penting sebab di dalamnya terdapat titik perubahan. Di titik inilah kita memulai seluruh bab ini.

Perubahan tersebut merupakan area krusial untuk memasuki pembelajaran babak baru yang bukan saja informatif melainkan justru sebuah proses transformatif developmental. Fase Kailash merubah konstruk transformatif yang semula berpusat pada ego melebar ke ranah yang spiritualistik. Dalam bentuknya fase ini berupa proses menginsafi, memohon ampunan, refleksi diri; yang berujung pada penghambaan.

Fase Kailash ini ditandai dengan sebuah momen dimana Dasamuka "ditindih" dengan Gunung Kailash oleh Dewa Siva. Proses ini memungkinkan adanya sebuah perlawanan terhadap "ego-diri". Perlawanan antara Aku-Ego dan Aku-Spiritual yang dimenangkan oleh Aku-Spiritual jika "proses ditindih" ini berjalan dengan baik. Proses ditindih ini berarti laku melawan angkara murka yang bercokol di dalam diri. 

"Seperti ketika engkau ingin berjumpa dengan kekasihmu secara tiba-tiba dan kuat untuk mengucapkan,"Yang, kita cukup sampai di sini ya. Enggak ada yang perlu diteruskan!"  Tapi kau reda keinginan itu demi mengalahkan ego diri. Ego karena duri kecil yang menyakiti hubunganmu. Saat kau berhasil mengalahkan egomu kau menang. Akan ada masa depan cerah."

"Atau begini dik, dalam bentuk yang lain. Tiba-tiba saja kekasihmu mengatakan,"Sepertinya kita harus selesai. Tak perlu memperpanjang nafas kerinduan!" Meskipun hatimu maktralap makjegagik kau mencoba memahami dan menginsafi bahwa memang semuanya perlu direlakan. Lantas dengan sekuat hati menjawab,"Ashiaaaap..."  karena di balik itu semua ada "suatu kebaikan" yang menantimu."

Sebagaimana Dasamuka yang berperang melawan "ego-dirinya" -nafsu angkara- , akhirnya Sang Siva menghadiahkannya Chandrahasa (pedang bulan) yang bermakna monoteistik sekaligus keksatriaan kitapun perlu meneladaninya.

Entahlah, mungkin Dasamuka pernah mendengar hadis Nabi tentang "Perang terbesar bukanlah perang Badar namun perang melawan hawa nafsu." Ahirnya penghujung fase ini mestilah berupa penghambaan sempurna.

"Bagaimana keadaanku ini Ndukayu, aku 'tindih' semua gejolakku disana-sini?"

Kitab RomancukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang