Bagian 3 : seukir seyum

96 6 2
                                    

Ada kalanya kamu tersenyum dengan tulus dan ada kalanya juga kamu harus memaksa senyum itu.

(N.A.J.B)

***
Author pov

Dipagi yang cerah ini semua tampak indah kecuali seorang akhwat yang sekarang sedang banyak pikiran ya, siapa lagi kalau bukan Abila.

Mulai pagi keluar rumah sampai sekolah mukanya telihat murung hingga di depan kelas baru ia memaksakan senyumnya agar para sahabatnya tidak tau sama sekali tentang masalah yang dihadapinya ini.

"Assalamualaikum" ucap Abila dengan semangat dan ceria tapi tidak dengan hatinya.

"Wa'alaikumsalam" ucap sebagian orang. Ini adalah salah satu tindakan yang Abila tidak suka dengan teman-temannya yaitu menyepelekan menjawab salam. Padahal menjawab salam hukumnya wajib.

Ia pun duduk di bangku kesayangnnya dan sudah terlihat sahabatnya Adel sedang asyik membaca novelnya. Di pagi ini semua sedang asyik melakukan kegiatannya sediri-sendiri kecuali Abila sedari tadi dia hanya melamun memikirkan masalahnya.

Sampai dimana guru agamanya datang ia tetap bersikap begitu. Hingga suara pak Ali bertanya pada siswa dan siswi yang berda di sana. Sedang abila hanya melihat kearah jendela tanpa memperdulikan peryanyaan tersebut.

"Anak-anak kalian tau surah yang isih surahnya menceritakan orang yang mendustakan agama?" tanya pak Ali.

"Surah Al-maun" ucap Abila spontan tetapi tetap menghadap ke luar jendela.

"Iya betul"ujar pak Ali. Abila yang Bosan dengan pemandangan luar iapu kembali melihat teman-temannya, ia sempat kaget ketena ia di lihati oleh semua yang ada di sana kecuali Adel karena sifatnya yang hampir sama denganku yaitu suka menghayal.

Pelajaran agama pun selesai dan sekarang adalah waktunya untuk istirahat aku pun keluar dari kelas untuk mencari udara segar.

Abil pov

Tak terasa kakiku membawaku ke suatu tempat yaitu taman aku pun menyadarkan tubuhku di pohon besar yang ada.

"Jadi disini toh kamu" ujar seseorang aku langsung membuka mataku dan ternyata dia adalah Adel.

"Hm... ngapain nyariin aku? rindu?" candaku ke arah Adel.

"Dari pada aku mikirin kamu mendingan aku mikirin calon imamku kelak" ujarnya yang duduk di sampingku.

"Beneran nih nggak akan rindu ke aku kalau aku nggak ada?" tanyaku padanya.

"Ya, nggak tau" ujarnya lagi. aku pun menutup mataku setelah mendengar ucapannya tadi.

"Pasti banyak pikiran ya?" tanyanya ke aku. Dan dijawab anggukan olehku.

"Apa masalahnya?" tanyanya. padaku.

"Biar waktu yang menjawab"ujarku padnya dan dia malah menjitak kepalaku karena ucapaku tadi.

"Auw.... Del sakit!!! kenapa kamu memukul kepalaku?" tanyaku kepadanya dengan emosi yang sudah naik ke ubun-ubun.

"Biar waktu yang menjawabnya" ujarnya mengikuti jawabaku dan aku menjitak kepalanya tetapi meleset.

"Wlek... nggak kena" ujarnya yang berhasil menghindari pukulanku.

Akhirnya kami betmain pukul-pukulan dan kejar-kejaran seperti anak kecil. Biasanya Adel akan mengajakku by one satu lawan satu tapi tidak sekarang kami seperti anak kecil yang melapaskan semua beban. Tak terasa aku tersenyum karena tingkah kami seperti anak kecil.

"Cie... yang udah senyum, mulai tdi kek senyum jadi nggak harus kayak gini" ujar adel yang sudah duduk di bangku taman.

"Hm... tapi kan dengan ini kita bisa mengenang masa lalu " ujarku berjalan dan langsung duduk disampingnya saat sudah tiba disana.

"Iya juga sih..." ujar Adel.

"Sah... Aku mau ngomong sesuatu hal yang penting dan itu adalah kabar baik dan buruk" ujarnya memanggil namaku dengan sebutan Hafsah.

"Ok aku ingin mendengarkan kabar baiknya dulu" ujarku karena aku tau pasti kabar buruk yang ia berikan dapat membuatku menangis.

"Aku sudah mempunyai tunangan" ujarnya membuatku senang samapai-sampai aku menggodanya terus.

"Cie... yang udah di lamar. kapan nikah buk" godaku pada nya ya memang aku sering memanggilAde denag sebutan bermacam macam mulai dari buk, ibu negara,bos dan lain- lain.

"Nanti lah buk, masak orang baru dilanar langsung disuruh nikah? Dan nggak mungkin menikah di waktu ini karena calonnya ada di Ausi" ujarnya.

"Ooo..." responku.

"Terus kapan nyusul? " tanyanya.

"Kapan-kapan kalau udah ketemu calon imamnya" ucapku jengkel.

"Terus yang dua di kemanain?" tanyanya padaku lebih tepanya ia menggodaku.

"Siapa?" ucapku aku memang tidak peka dalam urusan ini.

"Duo A" ujarnya aku tambah tak paham maksudnya.

"Adnan dan Azka?" ujarnya jdengan nada jengkel.

"Del, sudsh berapa kali aku bilang jangan mengungkit masalaluku aku tak ingin berurusa dengan mereka lebih tepatnya dengan Adnan" ujarku panjang lebar dengan nada bicara yang dingin.

"Oke...oke... aku nggak akan mengungkitnya tapi kapan kamu punya calon imam?"tanyanya dan aku hanya memutar mataku bosan dengan pertanyaannya.

"Kapan-kapan kalau uah keemu dengannya" ujarku menekan kata 'kapan-kapan'.

"Hm..." responnya yang tambah membuatku jengkel.

"Terus kabar buruknya apa?" tanyaku padanya sekarang.

"Tapi jangan kaget atau nangis ya kalau aku jujur" ujarnya dan aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Aku terkena penyakit kanker darah" ujarnya membuatku syok tak terasa ternyata ada yang memiliki masalah yang lebih besar dariku.

Tak terasa bulir air matku jatuh dan tak dapat aku menahannya aku pun menangis sambil memeluk sahabatku Adel.

"Udah jangan nangis kalau kamu nangis siapa yang nyemangti aku? siapa yang ada di sampingku? dan siapa juga yang akan mengomeliku lagi?" ucapnya sambil mengusap punggungku.

"Kan ada dia " ucapku padanya.

"Siapa?" tanyanya lagi.

"Katanya kepekaanya 0,01%" kataku menyindirnya karena aku tau dia mengerti maksudku.

"Iya, iya aku ngerti tapi aku nggak mau dia aku maunya kamu" ucapnya.

"Asif ya aku buka penyuka sesama jenis" ujarku langsung mendorong tubuh Adel dan kami pun tertawa meski aku masih khawatir dengannya tapi aku senang kalau dia tertawa dan tersenyum.

"Ayo kita masuk jangan sampai pak Ridwan datang" ujarku sambil menatik Adel untuk bangun dari tempatnya.

"Ayo" ujarnya tersenyum

Sekarang aku tau sebuah arti dari senyuman itu. Meski kita mendapa hal yang tidak ingin kita terima tetap saja kita harus menyembunyokannya dengan senyum itu.

🌟🌟🌟
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaraku.

Bagaimana kabar reader semua? oh ya Asif karena updetnya lama semoga kalian suka ya

Jangan lupa jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama ya👑👑👑

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatu

8-12-2018
(N.A.J.B)

Arti Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang