Sejak makan malam hari itu, Kinanti dan Arka semakin sering menghabiskan waktu berdua. Arka semakin sering menyambangi Kinanti di kantor Sugar, entah itu hanya sekedar jemput Kinanti atau ngobrol di kantor Sugar. Teman-teman di Sugar tidak keberatan dengan hadirnya Arka, malah Haikal senang karena ada teman berbagi cerita mengenai kehidupan di Jerman.
Hari jumat merupakan hari tersibuk di Sugar, karena besok mereka akan menghandle pesta resepsi pernikahan anak dari salah satu pejabat di Kota Bandung.
Kinanti yang sejak kemarin menginap di kantor Sugar tampak pucat. Dia hanya berbaring di sofa lantai dua karena sedang tidak enak badan.
“Nan, ke dokter yuk?” Ajak Ghea, dia khawatir dengan Kinanti karena dari kemarin badannya demam.
“Ngga ah, gue Cuma perlu istirahat aja. Lo tolong handle dulu gladi resik hari ini, ya.”
“Tapi kita semua khawatir sama lo, mending sekarang gue anter lo ke dokter, setelah itu gue urus gladi resik hari ini.”
“I’m okay, Ghea.” Lalu Kinanti menutup matanya tanda ingin tidur.Ghea menarik nafas berat. Ini bukan pertama kalinya Kinanti sakit dan ogah dibawa ke dokter. Tapi sakitnya kali ini bukan Cuma demam biasa, Kinanti malah ga masuk makanan sama sekali dan muka dia sangat pucat.
Sore harinya, Wira datang sepulang kerja. Dia dapat kabar dari Ghea bahwa Kinanti sakit. Di kantor Sugar hanya ada Audi, karena semua team sedang ada di lokasi untuk acara besok.
Dengan langkah terburu-buru, Wira naik ke lantai dua dan melihat Kinanti yang sedang tertidur. Dia melangkahkan kakinya pelan-pelan agar tidak mengganggu tidurnya Kinanti.
“Badannya panas banget.” Ujar Wira sambil memegang dahi Kinanti.
Kinanti pun terbangun karena merasa ada orang yang menyentuhnya.“Eh, Wira...” Katanya dengan suara lemah.
“Ke dokter yuk, ini panas banget suhu badan lo.”
Kinanti menggeleng.
“Gue gak apa-apa kok.” Lalu Kinanti memaksakan diri untuk duduk.
“Ngga, lo ada apa-apa. Sini gue gendong.”Setengah memaksa, Wira berhasil menggendong Kinanti turun ke lantai satu, dan membawa Kinanti ke rumah sakit terdekat menggunakan mobilnya.
“Elo ngajak gue ke rumah sakit ga liat-liat dulu, kan gue belum mandi, belum make up, ini aja masih baju yang kemarin.” Protes Kinanti sambil duduk lemas di mobil Wira.
“Dokter ga akan naksir sama lo, Kinanti.”
“Cih, ga boleh banget kalau temennya ditaksir dokter deh.”Wira hanya tersenyum sambil menyalakan mesin mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit,
Ternyata Kinanti harus dirawat, karena demam yang tak kunjung turun sudah 3 hari maka dia harus menginap di rumah sakit sambil menunggu hasil cek lab.Wira mengurus semua keperluan Kinanti, dari mulai mengurus kamar untuk rawat inap, sampai menelepon orang tua Kinanti. Sontak ibu Kinanti kaget karena dikira anaknya sedang sibuk mengurusi WP-nya.
“Elo pulang aja, sebentar lagi ibu datang kok.” Kata Kinanti kasihan melihat Wira yang sedang tiduran di sofa kamar inap Kinanti.
“Gak apa-apa, gue tunggu disini sampai ibu datang.”
“Kasian, lo pasti capek, besok juga mesti main di acara nikahan klien kita kan?”
“Santai, tanpa gladiresik pun gue udah jago kok.”
"sombongnya!" lalu Kinanti tersenyum meski masih terlihat lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DESERVE BETTER (✔️)
RomanceApa jadinya kalau klien kita adalah seseorang di masa lalu yang bikin kita 'gagal move-on'? Coba tanya Kinanti. Gimana rasanya mengurus segala persiapan pernikahan sang 'mantan tunangan'? Dia tiba-tiba datang, membuka pintu hati Kinanti yang masih b...