:: EXTRA PART -WIRA'S ::

21.7K 1.1K 15
                                    

“Serius, lo tuh jahat banget deh, Wir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Serius, lo tuh jahat banget deh, Wir.” Ucap Ghea geram.

Malam itu Ghea dan Fahri sengaja ketemuan denganku di tempat makan dekat rumahnya Ghea. Alasannya karena aku makin ‘mengabaikan’ Kinanti, padahal ngga sama sekali.

“Ya, kan dia butuh waktu, Ghe. Gue sih ngikut aja apa maunya.” Aku mencoba menjawab dengan tenang. Dan kulirik Fahri, dia pun bersikap tenang sama denganku, berbeda dengan calon istrinya yang menggebu-gebu itu.

“Disini tuh elo atau Kinan sih yang gak peka? Duuuh, kesel gue...”

Fahri hanya tertawa, lalu mengusap lembut puncak kepala Ghea.

“Heh, kalau mau romantis-romantisan please jangan depan gue, ya!” Ucapku, kesal. Eh, lebih ke iri sh, karena biasanya aku juga memperlakukan Kinanti seperti Fahri bersikap manis ke Ghea.

“Makanya, duh, udahan deh kalian break time-nya. Mau nunggu sampai kapan? Keburu Kinan ditikung orang, nangis deh lo!”

Aku terkesiap.
“Emang siapa yang lagi deket sama Kinan?”

Ghea memutar bola matanya, lalu mendengus. “Tuh, si Adi, sepupu gue. Dia udah gerak cepat tuh, sering nongkrongin Kinan di kantor.”

Aku menghembuskan nafas dengan kasar.

“Cemburu kan, lo? Tapi gue udah bilang sama Adi, kalau Kinan udah ada yang punya, ga bisa diganggu.”

“Thank you, calon sepupu gue....” aku tersenyum lega.

“Tapiiiii, dia bilang sebelum ada ijab kabul, Kinanti masih bisa diperjuangkan. Nah, lho...”

Ghea dan Fahri tertawa puas, sedangkan aku, kembali tersenyum masam.

“Harus nunggu sebulan lagi, Wir? Gak cape lo perhatiin dia diam-diam?” Kali ini Fahri ikut bicara sebagai brother.

“Gak cape kok, gue seneng liat dia selalu makan apapun yang gue kirim, walaupun Cuma icip doang dan sisanya kalian yang makan, kaaan?” tembakku ke Ghea, dan Ghea hanya nyengir.

“Tapi gue harus berterima kasih ke lo, Ghe. Tanpamu, apalah artinya aku...”

Ghea melempar tisu di depannya ke mukaku, “Lebay, lo!”

Aku tertawa.

Ya, kalau bukan karena mata-mata spesialku ini, aku gak akan tahu Kinanti lagi ada dimana, lagi puasa atau ngga, lagi pengen makan apa. Sampai-sampai memori hpku penuh karena setiap hari Ghea selalu mengirim foto Kinanti yang tentunya diambil dengan diam-diam. Itu sudah cukup membuat hatiku tenang, karena dia baik-baik saja. Apalagi kalau dia sedang memakai hijab yang aku kirimkan melalui kurir rahasia, rasa kangenku terobati.

Aku harus konsisten, masih ada waktu sebulan lagi untuk meyakinkan hati Kinanti. Meyakinkan hatinya bahwa kita bisa menjalin hubungan yang serius tanpa harus mengorbankan persahabatan yang sudah dijalin selama hampir 20 tahun. Dan selama itu juga, hanya Kinanti perempuan satu-satunya yang bisa mengunci hatiku.

YOU DESERVE BETTER (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang