:: HURT ::

14.1K 1K 80
                                    

Jantung Kinanti berdegup kencang, nafasnya memburu, dan kaki rasanya lemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Kinanti berdegup kencang, nafasnya memburu, dan kaki rasanya lemas.

Kinanti menutup matanya, dia berharap semoga bukan Arka yang ada disana bersama Putri.

Matanya memanas, dan sekuat tenaga dia menahan air matanya.

Wira terdiam, mencoba menenangkan sahabatnya, dia memegang jemari Kinanti. Sambil bertanya, “Are you okay, Nan?”

Kinanti masih terdiam.
Lalu dia menatap Wira. Dan mengangguk.

Ingin rasanya Wira merengkuh Kinanti, memeluknya untuk menenangkan hatinya yang hancur berantakan.

Sambil berjalan menuju tempat duduk Putri dan Arka, Wira mengusap punggung Kinanti, mencoba menguatkan bahwa dia ada disana untuk menemaninya.

*

“Sorry, lama ya... Macet banget di jalan.” Kinanti mencoba bersikap biasa saja, seolah gak ada apa-apa.

“Gak apa-apa kok, Nan, kita juga belum lama.” Lalu Putri cipika-cipiki dengan Kinanti dan mempersilakan Kinanti duduk.

“Oya, kenalin ini Raka, calon suamiku. Yang, ini Kinanti, WP kita nanti.”

Raka alias Arka menundukan kepalanya sambil mengusap pelipisnya.

“Hai, Raka.” Sapa Kinanti dengan suaranya yang bergetar.

Wira tau, dia sedang sekuat tenaga menahan tangisnya.

“Apa kabar, Ka? Sehat?” Wira lalu menjabat tangan Arka.

“Hai, Alhamdulillah, sehat. Kalian apa kabar?” Jawab Arka, kaku.

Kinanti lalu pura-pura sibuk dengan i-pad-nya, menyiapkan materi untuk meeting.

“Loh, kalian sudah saling kenal?” Tanya Putri.

“Iya, kita udah kenal lumayan lama ya, dari awal kita masuk kuliah.” Jawab Wira, mengambil alih obrolan, karena Kinanti berada disitu saja sudah sangat berat.

“Oya? Kok kamu ga bilang sih, Yang?” Yang ditanya malah menatap Kinanti dengan perasaan merasa bersalah.

“Yang... Raka,” Panggil Putri lagi, sambil mengusap tangan Arka.

Arka terkesiap, “Eh, apa?”

“Kamu kenapa sih?”

“Eh, oh, gapapa. Kaget aja, ketemu Wira sama Kinanti.”

“Kaget banget, Ka?” Sindir Wira.

Arka mengusap mukanya, lalu tersenyum ke arah Wira.

“Ehem, kita mulai meetingnya aja ya, biar gak kemaleman.” Kinanti lalu bersuara, kini dia sudah bisa mengatur emosinya.

Arka dan Wira saling pandang, ada rasa marah terpancar dari matanya Wira, dan Arka menyadari itu. Dan ketika Kinanti sedang menjelaskan beberapa point mengenai rencana pernikahan Putri dan Arka, beberapa kali Wira menangkap mata Arka terlihat menatap Kinanti dengan sorot matanya yang dalam.

YOU DESERVE BETTER (✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang