Selama cuti dari segala kerjaannya di Sugar, Kinanti banyak menghabiskan waktu di rumah berduaan dengan ibunya, misal belajar masak, coba resep kue yang baru, beres-beres pakaian Kinanti yang udah gak mungkin dipakai lagi, dan yang paling penting rajin ikut ibu untuk hadir di pengajian komplek rumahnya. Dan itu bikin ibu-ibu komplek terheran-heran, karena biasanya dia melihat Kinanti itu di nikahan kerabat atau temannya yang merupakan klien dari Sugar.
“Teh Kinan, udah ga kerja lagi?” Tanya Bu Sumarna, tetangga depannya Kinanti.
Mereka ketemu saat pulang dari pengajian hari kamis sore di masjid.
“Masih kerja bu, ini lagi libur aja, makanya ikut ibu ke masjid.” Jawab Kinanti sambil menggandeng tangan ibunya.
“Alhamdulillah, udah geulis teh, bageur pisan. Udah ada calonnya belum?” Kali ini Bu Iman yang ikutan bertanya, pertanyaan biasa di kalangan ibu-ibu lah.
“Hehehe, belum bu, doakan semoga cepet dapat jodoh ya...” di jawab langsung sama Ibunya Kinanti, karena ibu tau Kinanti ga suka dengan hal-hal privasi-nya ditanya orang lain.
“Barangkali Bu Iman punya kandidat yang bisa dikenalin ke saya, boleh lho bu...” Ucapan Kinanti tersebut membuat ibunya langsung terdiam beberapa detik. Kinanti lalu merangkul ibunya, “Kasian, ibu di rumah sendirian, biar ramai biar ada cucu yang menemani, kan, Bu?”
Kinanti melihat ada air mata yang tergenang di pelupuk mata ibu, kalau obrolan tersebut berlangsung di rumah, pasti ibu udah langsung nangis karena saking terharunya.
Memasuki gerbang rumahnya, Ibu meminta Kinanti untuk duduk dulu di kursi teras depan, nampaknya ini merupakan obrolan yang harus diselesaikan berdua aja.
“Nan,...” Panggil ibu dengan lembut.
Kinanti tersenyum, “Iya Bu, emang udah waktunya kan? Kemarin-kemarin Kinanti selalu menolak kalau ibu atau ayah mau ngenalin Kinanti sama anak teman ayah ibu, sekarang Kinanti udah siap, Bu. Kinanti ga mau dikatai menolak jodoh. Kita kan ga tau, siapa jodoh kita kalau kita ga mau buka hati untuk orang lain?”
Ibu tak kuasa menahan tangisnya, terharu karena anak semata wayangnya mulai legowo, mulai mau membuka hati untuk orang lain, dan pastinya mengikhlaskan kejadian yang lalu.
*
Wira Adinaya: Assalamu’alaikum Bu Hj, besok jadi ke Sugar, kan?
Kinanti: Waalaikum salam Bapak Wira, insya Allah jadi. Ada yang penting kah?
Wira Adinaya: Ngga, tar sabtu gue jemput ya. Pagi jam 7, kita sarapan dulu makan lontong sayur, oke?
Kinanti: Gimana kalau sarapan di rumah gue? Gue mau masak nih...
Wira Adinaya: Wah, boleh. Oke, besok pagi gue ke rumah ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DESERVE BETTER (✔️)
RomanceApa jadinya kalau klien kita adalah seseorang di masa lalu yang bikin kita 'gagal move-on'? Coba tanya Kinanti. Gimana rasanya mengurus segala persiapan pernikahan sang 'mantan tunangan'? Dia tiba-tiba datang, membuka pintu hati Kinanti yang masih b...