Udara dingin menyergap begitu Kinanti membuka jendela mobil. Mobil Arka masuk ke area parkir di Pine Forest Maribaya, suasana pagi itu sangatlah indah, masih berkabut dan matahari muncul dengan malu-malu.
“Yuk,” Ajak Arka, lalu dia turun dari mobil dan bergegas membukakan pintu untuk Kinanti.
Kinanti tersenyum. Dejavu.
Lalu Kinanti turun dari mobil, meregangkan tangannya dan menghirup udara pagi dengan penuh syukur.“Thank you, ya.”
Kini giliran Arka yang tersenyum. Dia meraih tangan Kinanti dan menggenggam erat tangannya.
“Kita jalan-jalan disini, siapa tau nemu spot photo yang bagus buat klien kamu.”
“Hahaha, masih bahas kerjaan aja...”
“Lho, aku kan gak mau ganggu kerjaan kamu. Jadi, cukuplah aku jadi tim hore-nya bos Sugar.”
“Kamu gak berubah.” Ujar Kinanti, pelan. Sepelan angin yang menerpa wajah manisnya.*
Waktu menujukkan pukul 10.00, tapi udara di Lembang masih saja dingin dan berkabut. Walaupun sudah memakai jaket, Kinanti tetap merasa kedinginan. Dan untuk mengurangi dinginnya Lembang, Arka memesan coklat hangat untuk dia dan Kinanti.
“Sekarang kamu lagi sibuk apa?” Tanya Kinanti.
Matanya memandang lurus kedepan, kearah anak-anak yang sedang bermain flying fox. Kebetulan hari itu ada sekelompok anak dari SMA yang sedang melakukan outbond.“Sekarang sih, masih stay di rumah, masih ada kerjaan dari Jerman yang harus diselesaikan. Mungkin sekitar 6 bulan lagi aku harus pergi ke Jerman.” Jawab Arka, sambil sesekali tangannya memainkan ujung jaketnya.
“Oh, mau ke Jerman lagi?”
“Iya, tapi semoga bisa pindah ke Jakarta, biar gak jauh sama keluarga. Namanya hidup di luar negeri sendirian tanpa keluarga kan ga enak, kalau masih di Indonesia kan enak, deket kemana-mana, ketemu ayah ibu juga masih bisa setiap minggu.”
“Yep, setuju. Kebayang kalau aku jadi kamu. Apalagi ayah ibuku Cuma berdua di rumah, kalau aku pindah ke luar kota aja pasti gak boleh, apalagi ke luar negeri.”
“Ya, dekat dengan orang yang dicintai itu gak bisa digantikan dengan apapun. Mau secanggih teknologi masa kini yang bisa video call atau chatting tiap saat tapi ga bisa digantikan dengan kehadiran kita langsung.”
“Setuju.”
“Ah, aku jadi kangen masakan ibu kamu. Hehehe.”
“Hahaha, yuk kapan-kapan makan di rumah. Aku yang anaknya aja jarang makan di rumah, kebanyakan makan di kantor, sekalinya pulang ke rumah udah malem, udah bukan jam makan, hehehe.”
“Sibuk banget sih bos WP, nanti kalau punya pacar jangan sampai dicuekin ya...”
Kinanti tertawa.
“Kan namanya juga loyalitas tanpa batas,”Mereka kemudian terdiam. Hanya suara burung bersiulan dan gemerisik daun yang tertiup angin. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Eh, Kinanti...”
Kinanti menoleh.
“Aku mau ngomong serius sama kamu.”
“Tentang apa?”
“Tentang kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DESERVE BETTER (✔️)
RomanceApa jadinya kalau klien kita adalah seseorang di masa lalu yang bikin kita 'gagal move-on'? Coba tanya Kinanti. Gimana rasanya mengurus segala persiapan pernikahan sang 'mantan tunangan'? Dia tiba-tiba datang, membuka pintu hati Kinanti yang masih b...