Seminggu menjelang nikahan klien Sugar kali ini sangat berbeda, karena kliennya adalah Teh Mira, kakaknya Wira. Wira sendiri yang biasanya hadir hanya ketika gladiresik atau malah pas hari H di venue nikahan, tapi khusus sekarang dia bisa setiap hari mampir ke kantor Sugar. Walaupun setiap dia datang, Cuma ada Kinanti, Ghea dan Haikal saja, tapi dia ikut sibuk mengurusi persiapan acara nikahan kakaknya itu.
Seperti hari ini, Wira baru sampai di kantor Sugar pukul 19.30, kebanyakan anak-anak Sugar sudah pulang. Yang ada di kantor hanya Kinanti yang sedang beberes file di meja ruang tamu.
“Belum pulang, Nan?” Tanya Wira, dia lalu duduk di sofa samping Kinanti.
“Iya nih, masih nyari file buat meeting besok pagi, biar besok gak perlu kesini dulu.” Jawab Kinanti sambil matanya masih terus ke arah kertas-kertas memilih-milih file.
Wira lalu terdiam, melihat aktifitas Kinanti seperti itu kadang membuat Wira tersenyum sendiri.
Mereka sudah sahabatan lama sekali, dari kelas 1 SD sampai sekarang masih akrab. Ya, sahabatan selama lebih dari 20 tahun antara laki-laki dan perempuan pasti diartikan lain oleh sebagian orang, tapi tidak untuk Kinanti dan Wira. Mereka benar-benar sahabat, saling menjaga dan memahami layaknya kakak dan adik, tanpa perlu cerita pun mereka tau apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.
“Heh, bengong.” Kinanti menepuk bahunya Wira.
Wira tersadar, dia melihat Kinanti sudah membereskan file-nya, sepertinya sudah mau pulang.
“Gue lagi mikir aja, kita sahabatan udah lama banget ya, 20 taun itu bisa sampai lunas KPR rumah loh.”
“Nah itu, makanya kenapa ga dari dulu lo beliin gue rumah, lumayan kan sahabatan sambil dapet properti juga.”
“Terus nanti kita bagi dua ya, kayak harta gono-gini gitu?”
“Hahaha, gila lo, kepikiran sampai sana.”
Kinanti tertawa, lalu beranjak menuju pantry.
“Mau kopi, gak, Wir?” Tanya Kinanti.
“Gak, kan udah lama gue gak ngopi.”
“Serius? Hahaha, akhirnya...”
Lalu Kinanti kembali duduk di sofa sambil membawa segelas air mineral.“Gue inget kata-kata lo yang terakhir gue kena asam lambung itu.”
“Yang mana?”
“Lo bilang, ‘berhenti ngopi dong, biar hidup makin sehat, biar gue punya sahabat yang lamanya seumur hidup.’ Sumpah itu bikin gue takut mati muda.”
Kinanti tertawa. “Hahaha, maaf-maaf.”
“Tapi makasih, loh. Kalau gue gak denger apa kata lo, badan gue beneran gak sesehat dulu.”
“Kita kan sahabat.” Ujar Kinanti sambil merangkul Wira.
Wira tersenyum, mungkin untuk sekarang gue masih bisa jadi sahabat lo, tapi gak tau sampai kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DESERVE BETTER (✔️)
RomanceApa jadinya kalau klien kita adalah seseorang di masa lalu yang bikin kita 'gagal move-on'? Coba tanya Kinanti. Gimana rasanya mengurus segala persiapan pernikahan sang 'mantan tunangan'? Dia tiba-tiba datang, membuka pintu hati Kinanti yang masih b...