28

2.1K 105 0
                                    


Fauziah sedang sibuk mencari gelang kaokka nya,padahal ia kemarin menyimpannya di laci lemari dan sekarang saat ia melihat lagi sudah tidak ada.

Dimana gelang itu?

Gelisah,itu yang dirasakannya.

Menyesal,kemarin lusa ia melepasnya dan berniat untuk tidak memakainya.

"Ya allah dimana gelang itu"
Rengek Fauziah.
"Ya allah dimana?"
Ia mengecek semua yang ada disana,dari mulai bawah ranjang,bawah bantal,guling,sprey semuanya ia cek sampai-sampai semua itu kini berada di lantai,semuanya berantakan.

Karena ia lelah mencarinya ia mencoba untuk mengambil air wudhu dan mencoba untuk melakukan sholat sunnah hajat 2 rakaat

Disambung dengan membaca surrah al-an'am ayat 103

Allah SWT berfirman:

لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَ ۚ  وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
laa tudrikuhul-abshooru wa huwa yudrikul-abshoor, wa huwal-lathiiful-khobiir

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus, Maha Mengetahui."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 103)

Sebab katanya ayat tersebut sangat ajaib ketika kita membacanya berulang-ulang saat mencari benda yang hilang,maka tidak terasa seperti diberi petunjuk diamana ia harus mencari benda itu.

Tidak henti-hentinya ia berdo'a agar benda itu kembali ia temukan,sebab baginya gelang itu adalah berharga,gelang itu adalah benda yang dari dulu ia idamkan maka dari itu ketika ia memilikinya ia ingin menjaganya dan sekarang ia menghilangkan benda itu.

Fauziah berusaha tenang dan kembali membereskan tempat tidurnya sebelum ada pengurus asrama putri memeriksa kerapihan asramanya.

Ia mencoba menanyakan kepada Hanna,kali aja ia mengambilnya atau menemukannya dan ia memakainya begitu saja.

Fauziah mencari Hanna di halaman belakang.

Saat ia melewati ruangan khusus tamu tak sengaja ia menubruk wanita paruh baya,hingga wanita itu tersungkur.

"Eh maaf Ibu,aku tadi buru-buru"
Saat ia melihat wajah ibu itu,sepertinya ia mengenalnya tapi siapa ya.

"Neng Ziah?"
Seru Siti. Ya,wanita itu adalah Bu Siti ibunya Akhdan.

"Ibu--"

"Iyah,sayang ini Bu Siti,ibunya Akhdan. Kebetulan sekali ibu bertemu dengan kamu disini. Mashaa allah kamu tambah cantik dengan pakaianmu sekarang"

Fauziah tertunduk malu.

"Kamu apa kabar?,Eh sambil duduk yuk ngobrolnya"

Fauziah mengangguk.

"Alhamdulillah ibu,Ziah sehat. Ibu sendiri?"

"Ibu sehat sayang. Kamu mondok disini juga?"
Tanya Siti pura-pura baru mengetahui kalau Ziah memang mondok disana.

"Ah,Iya Bu"

"Ibu,belum pulang? Dimana Papah?"
Suara itu,suara yang sangat Ziah kenal.

Suara laki-laki yang baru saja keluar dari ruang khusus tamu.

"Ah, Akhdan pun mondok disini Neng. Baru dua bulan ia disini. Hm kalian memang sepertinya berjodoh"

Deg

Mendengar ucapan ibunya itu,seketika tubuh Akhdan memanas.

Begitupun dengan Fauziah,ia langsung menunduk menyembunyikan wajahnya yang mungkin sekarang kelihatan memerah.

"Akhdan,sinih duduk di samping ibu"

"Tapi--"
Belum juga meneruskan ucapannya tangan Akhdan ditarik paksa.

"Kalian cocok,kenapa kalian tidak rujuk kembali?"

"Shit,Rujuk? Dikira berpisah karena perceraian apah?"
Gerutu Ziah dalam hati.

"Ibu,apasih? Jangan bicara macam-macam deh"

"Jangan berbohong pada diri sendiri,ibu tahu kamu masih menyayangi Fauziah"

"Allahu akbar,ibu mulutnya gak bisa dijaga banget sih. Kan malu"
Kali ini Akhdan yang menggerutu dalam hati.

"Euu--Bu,jangan membicarakan ini disini yah. Kalau ada santri lain yang denger bisa ada fitnah"
Ucap Akhdan mengalihkan pembicaraan.

"Oh,maafkan ibu. Oh iya Neng,sebentar lagi Akhdan kan ulang tanun. Ibu tunggu kedatangan kamu dirumah ibu ya. Kayaknya juga Faizal kangen sama kamu"

"Inshaa allah Ibu,kalau memang tahun baru nanti aku dikasih libur dari pihak pesantren"

Ulang tahun Akhdan memang bersamaan dengan malam tahun baru,yaitu bertepatan pada tanggal 31 Dessember.

"Ya sudah kalau begitu ibu pulang dulu,Assalamu'alaikum"

Fauziah menyalimi tangan Bu Siti
Dianjut dengan Akhdan.

Setelah Bu Siti pergi dari mereka,Suasana dari keduanya menjadi canggung.

Tidak ada yang berniat untuk meninggalkan tempat itu dan tidak ada yang berniat untuk membuka suara.

"Eu--"
Ucap mereka barengan

"Kamu duluan"
Akhdan mengalah.

"Kamu duluan saja"

"Kamu Saja"

"Kamu saja,ucapanku ini tidak begitu penting ko"
Ucap Ziah,yang tidak berani melihat kesamping.

"Maaf kan ibu aku,tadi dia sudah lancang berbicara seperti itu"
Akhdan sedikit menjeda ucapannya.
"Padahal kalau dia tahu,kamu udah mau nikah ibu aku gak bakalan berbicara seperti itu tadi"

Deg

"K--kamu? Tahu?"

Akhdan mengangguk.
"Tahu ko,ya sudah tadi kamu mau bicara apa?"

"khem--Eu--Maaf,kamu tau dari siapa?"

"Enggak dari siapa-siapa tahu ajah"

"Enggak mungkin. Pasti ada orang yang kasih kamu tahu yah? Siapa?"

Akhdan tertawa pelan.
"Ternyata kamu masih seperti dulu yah? Terus saja bertanya,jika ada pertanyaan yang jawabannya tidak masuk akal"

"Ish,Kamu juga masih nyebelin kayak dulu. Suka memberi jawaban yang tidak logis"

"Ekhem"

Mendengar suara itu,Fauziah berdiri.

Ia mendapati kak Syarif sedang berdiri di depan mereka.

"Tidak baik berdua-duaan dengan lawan jenis,Berkhalwat namanya. Silakan kembali ke asramanya masing-masing"

Fauziah mengangguk,dan menuruti semua perkataan laki-laki yang bisa disebut calon suaminya.

Ia tahu Kak Syarif sedang cemburu,dan ia yakin kak Syarif mendengar semuanya.

Ia lupa tempat,karena di ruangan khusus tamu memang ruangannya kak Syarif.

Ia benar-benar lupa.



👇
Next

TAKDIR ku[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang