11

7.1K 351 2
                                    

Aku masuk ke kamarku dan duduk di depan meja rias, sedikit melamunkan mengenai kehidupan pernikahanku nanti.

Sebelum ashar kami akan berangkat menuju hotel untuk persiapan acara resepsi nanti malam.

Aku sedang berusaha membersihkan wajahku dari make up yang sangat tebal ketika pintu kamarku terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Dengan sebal aku menoleh untuk tahu siapa yang masuk dan sedikit kaget begitu tahu Adrian orangnya.

"Kenapa gak ketuk pintu dulu?"

"Bukannya sekarang ini kamar kita? Kenapa harus ketuk pintu segala?"

Aku melihatnya dengan sebal, tapi ku abaikan dia dan kembali menghapus riasan di wajahku.

"Aku lebih suka wajahmu yang polos tanpa make up. Lebih cantik."

Aku tetap diam mendengarkan komentarnya. Tapi tetap saja pipiku bersemu merah karena malu dengan pujiannya.

"Rona merahnya juga terlihat lebih jelas." Katanya melanjutkan menggodaku. Sambil tertawa.

Aku menatapnya dengan sebal karena terus menggodaku, membuat Adrian akhirnya menghentikan tawanya dan berganti dengan senyuman.

"Kau mau mandi sekarang atau nanti?" Tanyanya sambil berjalan mendekatiku.

"Aku akan mandi setelah membersihkan wajah ku."

"Hmmm, kalau gitu aku mandi duluan ya?"

Aku menganggukkan kepalaku tanpa melihat ke arahnya.

Agak risih dan malu sebenarnya, memikirkan Adrian di kamarku dan mandi di kamar mandi sini. Berbeda dengan di apartemen yang kamar mandinya terpisah dari kamar tidurku. Sekarang rasanya lebih intim dan memalukan karena kamar mandinya ada di dalam kamar ini. Begitu mandi kau langsung melihat kasurku.

Sudahlah. Kenapa aku jadi memikirkan yang aneh-aneh dan mesum lagi sih.

Tak berapa lama, terdengar suara ketukan di pintu kamarku.

"Siapa?" Teriakku masih dari tempat aku duduk.

"Ini bunda sayang."

Aku langsung berdiri dan berjalan menuju pintu. Ketika aku membuka pintunya, bunda sedang memasang senyuman bahagianya sambil menggandeng Debby.

"Ada apa bund?" Tanyaku sambil menjawil pipi ponakanku yang bikin gemas, membuat Debby tertawa.

"Bunda cuma mau ngasih tau, kita berangkat ke hotel dimajuin jadi jam satu."

"Kenapa jadi jam satu? Kan Alena masih capek bund." Rengekku manja.

"Kita makan siang dulu bareng di sana, baru siap-siap acara resepsinya."

"Kan makan siang gak sampe berjam-jam bund. Acara juga kan tinggal datang aja. Decor dan lain sebagainya juga sudah ada yang ngurus."

"Memangnya kamu gak butuh dirias lagi? Pake baju pengantin lagi? Itu muka aja udah polos." Kata bunda.

"Alena makan di rumah aja deh. Nanti jam tiga nyusul ke hotel." Rayuku.

"Gak bisa. Pokoknya kita berangkat jam satu terus makan bareng. Titik." Tegas bunda. "Udah, sekarang kamu mandi. Masih ada dua jam-an sebelum berangkat."

Aku menghela nafas dan mengangguk pasrah.

Ketika aku menutup pintu kamar dan berbalik, hampir saja aku berteriak kaget. Adrian keluar dari kamar mandi cuma memakai handuk yang menutupi tubuhnya dari pinggang sampai lutut.

"Kenapa cuma pake handuk?" Tanyaku marah.

Adrian dengan santainya tersenyum padaku. "Aku lupa bawa baju ganti tadi." Dia menatapku sebentar sebelum mengambil pakaiannya dari tas kopernya yang entah sejak kapan sudah ada di samping ranjang.

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang