10

7.6K 355 1
                                    

"Alena, kok kamu belum siap-siap?" Suara bunda membuat aku dan kak Doni menoleh ke arah pintu bersamaa.

"Sudah mau mulai ya bund?"

"Iya. Sudah kumpul semua. Kamu cepat siap-siap ya. Jangan lupa pake make up, jangan polosan kayak gitu."

"Iya bund." Kataku dengan nada malas. Kak Doni yang mendengarnya langsung nyengir padaku. "Debby biar tidur di sini aja dulu kak. Daripada nanti kebangun kalau dipindahin ke kamarnya. Sudah nyenyak gitu, kasihan."

"Iya. Aku bilang dulu ke Eva."

Begitu kak Doni keluar dari kamarku, aku langsung siap-siap memulas wajahku. Cukup make up tipis saja. Toh ini pengajian, jadi akan aneh kalau aku pake make up sampai menor.

Aku mengganti bajuku dan mengambil jilbab instan yang bisa ku pakai dengan mudah. Begitu melihat di cermin dan merasa tidak ada yang aneh atau berlebihan, aku langsung turun dan menuju ke ruang tamu tempat pengajian akan berlangsung.

Aku bertemu dulu dengan keluarga Adrian. Bersalaman dan sedikit berbasa-basi, karena jujur saja aku canggung. Bagaimana tidak, semua orang normal pasti akan merasa pernikahan dadakan kami ini aneh. Apalagi sebenarnya aku harus menikah dengan orang lain. Tapi tiba-tiba berubah menjadi Adrian.

Dulu sekali, aku pernah bertemu dengan ibu Adrian yang asli Jogja. Tapi ini pertama kalinya aku bertemu dengan keluarga besarnya.

Ku rasa ayahnya tidak datang karena masih di luar negeri. Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan ayah Adrian. Orang tuanya bercerai ketika dia masih kecil. Ku dengar, dulu Adrian ikut ayahnya tinggal di Sydney, tapi ketika masuk SMP, dia pindah ke sini ikut ibunya.

Aku tidak terlalu tahu mengenai keluarga Adrian, seperti kenapa orang tuanya bercerai atau kenapa dia pindah ke sini. Dulu aku pernah bertanya pada kak Doni. Tapi kak Doni menyuruhku untuk langsung bertanya sendiri pada Adrian, yang tentu saja bahkan sampai sekarang tidak ku lakukan.

Aku dipeluk dengan erat oleh ibu Adrian yang ku lihat seperti hampir menangis. Entah tangisan bahagia atau sedih, atau mungkin keduanya. Aku anggap saja itu tangisan haru, bahwa anak semata wayangnya akhirnya menikah.

Ya, ibu Adrian tidak menikah lagi sejak bercerai. Jadi Adrian adalah anak semata wayang. Makanya dia selalu ingin menang sendiri.

Aku tidak tahu apakah ayahnya juga tetap melajang ataukah menikah lagi.

Baiklah, rasanya cukup bagiku memikirkan keluarga Adrian. Toh jika pernikahan ini berjalan dengan baik, mungkin aku akan bertemu dan mengenal mereka lebih baik lagi.

Aku duduk di samping bunda dan berusaha khusyuk mengikuti acara pengajian ini. Mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan, semoga membumbung tinggi sampai langit hingga terdengar dan dikabulkan oleh pemilik hidup ini.

***

Rasanya badanku sakit semua. Aku tidak menyangka kalau persiapan pernikahan begitu melelahkan. Padahal ku pikir setelah pengajian, acara selesai dan akan dilanjutkan akad besok paginya.

Tadi sore begitu acara pengajian selesai, para pendekor ruang tamu untuk akad datang. Aku bahkan tidak menyangka kalau bunda juga ingin mendekorasi kamarku yang akan dijadikan sebagai kamar pengantin.

Masalah muncul karena bunda selalu merasa bunga yang dipasang kurang banyak. Aku sampai harus merayu bunda untuk menghentikan permintaannya menambah bunga mawar lebih banyak lagi. Bisa-bisa seluruh rumah berubah jadi taman bunga.

Aku yang disuruh kak Doni untuk istirahat saja di kamar lain, tentu saja tidak bisa membiarkan bunda mengancam pendekor yang bekerja untuk menambahkan bunga lagi. Alhasil aku menemani bunda semalaman, membujuknya agar tenang jika sudah mulai cerewet dengan kinerja pendekor.

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang