12

7.1K 376 0
                                    

Akhirnya rangkaian acara pernikahanku selesai juga. Jam sembilan tepat, acara berakhir. Tamu yang tertinggal, tinggal keluarga dekat yang masih ngobrol dan menikmati sisa-sisa makanan yang ada.

Aku dan Adrian sudah boleh istirahat, mengingat dari tadi kami berdiri terus sepanjang acara. Ternyata Adrian benar-benar menyewa satu kamar hotel untuk kami tempati. Aku yang awalnya enggan untuk menginap, karena paksaan dari bunda, akhirnya mengalah saja.

Mau bagaimana lagi, bahkan alasan aku tidak membawa baju gantipun telah dipatahkan oleh bunda yang ternyata sudah menyiapkan pakaian untukku dan Adrian.

Saat ini kami berdua sudah ada di kamar yang disewa Adrian. Aku baru saja selesai mandi, sedangkan Adrian sudah lebih dulu mandi ketika aku membersihkan make up ku.

Saat aku keluar dari kamar mandi, Adrian sedang menungguku untuk sholat isya' bersama. Kami langsung naik ke ranjang dan segera beristirahat karena sudah sangat lelah.

Aku masih terjaga sampai beberapa menit kemudian, ketika ku dengar suara nafas Adrian sudah teratur menandakan dia sudah tidur. Ketika membalik badanku ke arahnya, ku lihat wajah Adrian yang terlihat damai. Rasanya aku ingin menyentuh wajahnya dan membelai hidungnya yang mancung.

Aku memperhatikan wajahnya, membuatku makin mendekatkan tubuhku padanya.

Untuk seorang laki-laki, Adrian memiliki bulu mata yang panjang dan alis yang bisa membuat iri perempuan manapun. Bibirnya melengkung indah dengan warna merah yang seksi, menyiratkan dia tidak pernah merokok. Rahangnya tegas. Dan diantara semuanya, aku paling suka matanya. Abu-abu gelap yang bisa memberikan tatapan paling dingin, tapi juga bisa menimbulkan perasaan paling melankolis seperti mendung. Seperti saat ini, matanya sedang menatapku lembut, membuatku kaget karena dia ternyata belum tidur, tapi juga membuatku ingin merebahkan diri dalam pelukannya.

Aku berdehem dan beringsut sedikit menjauhinya. "Ku kira kau sudah tidur." Kataku pelan.

"Aku tidak bisa tidur."

Aku menoleh kembali padanya dan dia masih menatapku lembut.

"Aku.. aku minta maaf atas sikap burukku hari ini." Kataku akhirnya. Ketika kalimat itu keluar dari bibirku, aku membenarkannya dalam hati. Sikapku hari ini memang benar-benar buruk.

"Tidak apa-apa sayang, kau hanya lelah dan tegang karena pernikahan ini."

Adrian beranjak bangun dan ingin mendekatiku. Membuatku reflek makin beringsut menjauh darinya. Melihat itu, Adrian kembali ke posisinya semula. Tidak jadi semakin mendekat padaku.

"Maafkan aku. Malam ini, aku belum bisa memberikan hakmu." Kataku sambil menundukkan wajah.

"Sayang, tidak apa-apa. Sudah ku katakan aku tidak akan memaksamu untuk melakukan itu. Aku hanya ingin mendekat dan memelukmu. Apakah itu juga tidak boleh?"

Aku terdiam mendengar pengakuannya. Ku alihkan tatapanku kembali kepadanya, melihat kesungguhan di matanya.

Tatapan Adrian masih selembut tadi. Dan aku tiba-tiba jadi merasa bersalah. Jika kami belum bisa berhubungan layaknya suami istri, paling tidak aku bisa membiarkannya untuk memelukku bukan?

Akhirnya aku perlahan mengangguk, membuat Adrian kembali mendekatiku. Dia menarikku dalam pelukannya. Ku rebahkan kepalaku di dadanya, mendengarkan detak jantungnya yang berada tepat di telingaku. Membuatku semakin nyaman dan tenang.

"Kau ingin kita tinggal dimana nanti?" Adrian kembali bersuara.

"Aku ingin tetap tinggal di apartemenku. Aku sudah nyaman di sana."

"Bolehkah aku memindahkan barang-barangku di sana? Hari Senin nanti, begitu kita kembali ke Jakarta?"

Aku mendongakkan wajahku dan menatapnya. Kemudian seperti terhipnotis oleh matanya, aku langsung mengangguk.

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang