15

6.9K 313 2
                                    

Sudah seminggu lebih sejak Adrian berangkat ke Sydney. Aku bahkan sudah kembali bekerja seperti biasa. Selama seminggu ini, hanya beberapa kali Adrian meneleponku. Itupun cuma beberapa menit, menanyakan kabarku dan meminta maaf karena belum bisa kembali.

Makin lama, rasanya aku makin lelah dengan ucapan permintaan maaf Adrian. Apapun yang dilakukannya di Sydney, aku berusaha untuk tidak memikirkannya sama sekali.

Tiap hari aku berdoa dengan sungguh-sungguh agar aku hamil. Mungkin akan banyak orang bilang hampir mustahil bagiku untuk hamil, mengingat kami hanya berhubungan dua kali. 

Ketika kemaren aku mengecek ke dokter kandungan, dokter itu bilang belum bisa mengetahui apakah aku hamil atau tidak, karena waktunya yang masih terlalu dini.

Tapi mengingat datang bulanku yang selalu rutin dan tidak ada masalah selama ini, dan hubungan kami dilakukan tepat saat masa suburku, dokter memberikan kemungkinan yang aku harapkan.

Aku berusaha menjaga pola makanku dengan benar dan sehat. Minum susu dan menghindari makanan kurang sehat, bahkan camilan penuh micin. Ku harap tubuhku pun ikut bekerja sama denganku untuk membuatku hamil.

Aku sedang membereskan barang-barangku karena sudah waktunya pulang, ketika Gion berdiri bersandar di pintu kubikel kerjaku.

"Ku perhatikan sejak kembali masuk kerja, wajahmu sering menampilkan ekspresi sedih. Dan kau pun sering melamun." Gion berjalan mendekat ke kursi depan mejaku. Dia duduk dan menatapku tajam. "Pernikahanmu tidak bahagia, darling? Atau bulan madunya kurang lama?" Katanya sambil nyengir.

"Sudah ku bilang jangan panggil aku darling lagi. Kau suka sekali membuat gosip di kantor ini." Kataku masih membereskan beberapa berkas yang ingin ku bawa pulang.

"Aku hanya tidak suka melihat bawahanku yang handal jadi tidak fokus bekerja dan terlihat sedih."

"Pekerjaanku baik-baik saja. Kau sendiri sudah mengeceknya tadi, bahwa tidak ada masalah apapun." Aku membalas tatapannya. Kali ini aku bisa melihat ekspresi Gion yang terlihat prihatin. "Aku baik-baik saja, Yon. Hanya lelah. Akhir-akhir ini aku cepat merasa lelah."

"Apakah suamimu tidak menjagamu dengan baik?"

"Dia sedang ada urusan di Sydney." Kataku singkat.

"Aaahhh... jadi ini kangen." Katanya. Berganti menggodaku.

Aku hanya mengangkat bahuku, tidak ingin memperpanjang alasan.

"Apakah kau butuh sesuatu?" Tanyaku mengalihkan perhatiannya. "Jika tidak, aku akan pulang sekarang."

"Aku tidak butuh apa-apa, darling. Kau hati-hatilah pulangnya." Katanya sambil tersenyum.

"Sudah ku bilang, hentikan itu Yon." Kataku sambil melotot padanya.

"Kantor ini masih milikku kan? Jadi biarkan aku melakukan apapun sesukaku Len."

"Terserahlah. Tapi awas saja kalau ada gosip aneh lagi di kantor ini tentang kita."

Aku langsung berjalan meninggalkannya. Gion melambaikan tangannya dan masih sempat meneriakkan agar aku berhati-hati.

Ketika aku turun ke bawah dan berjalan keluar gedung, ku lihat ada seseorang yang sepertinya ku kenal. Begitu dia menoleh, aku melihat Candra yang langsung melihatku. Rasanya ingin lari saja darinya, atau aku bisa berjalan ke arahnya dan meninju wajahnya yang masih berani menemuiku.

Aku masih diam di tempatku berdiri dan ku lihat dia berjalan mendekat ke arahku.

"Halo Len. Lama tidak bertemu. Kau sehat?" Katanya sambil memasang senyum tanpa dosa.

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang