🌙 Enam 🌙

2.2K 161 34
                                    

Salsha menepis tangan Steffi. Ia membulatkan tekad untuk mencari tahu siapa gadis yang saat ini sedang bersama Aldi. Gadis yang sama sekali tak ia kenal atau ketahuinya. Selama di Italia, Steffi tak pernah membicarakan siapa gadis ini. Salsha penasaran, tentu saja. Dan sekarang, rasa penasaran itu akan hilang.

Salsha menutup matanya sebentar, ia menoleh ke belakang, menatap Steffi yang sedang mengatupkan keduanya tangannya di depan dada, seolah memohon agar Salsha tak mendatangi kursi Aldi itu. Tapi bukan Salsha orangnya jika tak nekad. Toh, ia hanya ini tahu siapa gadis itu, bukan untuk mencari masalah.

Salsha menghela nafasnya sejenak. Ia sedikit gugup untuk mengajak Aldi berbicara saat ini.

"Aldi."

Aldi yang sedang menyuapi Katya dengan kentang goreng pun terkejut bukan main. Tangannya mendadak kaku di udara. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Salsha di tempat ini.

"Aldi," panggil Salsha kedua kalinya.

Kezia dan Aldi secara spontan berdiri dari duduknya. Aldi tersenyum kikuk menatap Salsha dengan Kezia menatap sinis. Ia merasa waktu berduaannya dengan Aldi di ganggu oleh Salsha.

"Kirain tadi gue salah orang, ternyata bukan." Salsha mencoba basa-basi.

"Ngapain kesini, Sha?" Tanya Aldi memecahkan keheningan.

"Makan. Tempat umum 'kan. Jadi boleh dong gue kesini," jawab Salsha sekenanya.

Aldi hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung berada di situasi ini. Ia belum berniat untuk mengenalkan Kezia kepada Salsha.

"Ald, lanjutin lagi dong. Tanggung nih, " Kezia akhirnya mengeluarkan suaranya. Ia bergelayut manja di lengan Aldi.

Salsha yang melihat itu hanya menghela nafasnya. Menelisik penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Anggun dan cantik. Salsha sendiri sempat minder dengan penampilannya saat ini. Salsha hanya memakai baju casual sedangkan gadis itu memakai gaun yang sederhana tetapi indah. Cewek -cewek tipe Aldi banget.

"Kalian lagi ngapain, sih?" Tanya Salsha lagi. Suasananya amat canggung.

"Nggak bisa lihat sendiri? Ada laptop sama buku juga. Punya mata 'kan?" Kezia berkata dengan sinis. Ia kembali duduk di bangkunya, karna ia tak ingin berurusan dengan Salsha si pengganggu.

"Aldi, ayok lanjutin," rengeknya.

Tak perlu sampai di usir, Salsha cukup tahu jika kehadirannya tak di anggap disini. Ia menyesali perbuatannya yang tak mau mendengar omongan Steffi. Harusnya ia tak harus mendatangi meja Aldi itu.

"Gue ganggu, ya? Yaudah, deh. Lanjutin lagi aja, deh." Salsha menyerah. Aldi sama sekali tak ingin menjelaskan siapa gadis itu atau bahkan sedekar mengenalkannya.

Aldi tersenyum, belum menguasai keadaan yang ada. Ia mengelus lengan Salsha sejenak, "Iyaa. Nanti malam aku kerumah kamu, ya. Ada yang pengen aku omongin."

Salsha hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Aldi itu. Hatinya sedikit senang mendengar jika Aldi akan datang kerumahnya. Salsha pun meninggalkan meja Aldi tersebut dan menghampiri Steffi.

"Gue datang di saat yang nggak tepat. Gue ganggu mereka pacaran." Salsha menarik tangan Salsha dan berlalu dari cafe itu.

Sementara itu, Aldi mengacak rambut Kezia dan kembali duduk di bangkunya. Sekilas ia menengok ke belakang, melihat Salsha yang sudah pergi dari cafe itu, "Lanjutin lagi."

Nggak bakal gue biarin Aldi ketemu sama Salsha nanti malam. Lihat aja. Batin Kezia tertawa.

☀☀☀

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang