🍁 Delapan Belas 🍁

2K 226 40
                                    

Salsha menarik selimut sampai sebatas bahunya. Ia sudah merasa sedikit tenang setelah curhat kepada Steffi. Salsha menangis tersedu-sedu menceritakan semua yang ia rasakan kepada sahabatnya itu. Steffi memberikan pencerahan dan sedikit nasehat kepada Salsha.

Yang paling Salsha ingat dari nasehat Steffi adalah, Tinggalkan semua orang yang memberikanmu luka dan mulailah fokus kepada orang-orang yang memberikanmu kebahagiaan. Setiap yang pergi akan di gantikan dengan yang lebih baik.

Sekarang yang akan Salsha lakukan adalah benar-benar melupakan Aldi. Mereka berdua sudah tak sejalan lagi. Salsha yang menjadikan Aldi sebagai satu-satunya tempat persinggahan sedangkan lelaki itu menjadikannya yang kedua. Tujuan mereka sudah berlain arah. Biarpun Aldi mengatakan jika lelaki itu menyayanginya, tetapi jika masih ada Kezia di samping Aldi semua tak ada gunanya. Salsha bukan tipe orang yang suka berbagi. Apalagi orang yang di cintainya. Daripada harus selalu menahan sakit karena Aldi yang tak bisa tegas. Salsha lebih baik melupakan lelaki itu.

Salsha berpikir, sudah selayaknya sekarang ia lebih mencintai dirinya daripada orang lain. Selama ini, Salsha selalu memikirkan kebahagian Aldi, ia selalu diam meskipun lelaki itu menyakitinya dan ia membiarkan dirinya terus-terusan di sakiti. Tapi, sekarang tidak, ia akan lebih peduli terhadap dirinya sendiri daripada orang lain.

Salsha tahu, melupakan Aldi bukanlah hal yang mudah. Tapi Salsha yakin, jika ia sungguh-sungguh untuk melupakan Aldi. Ia pasti bisa. Tuhan selalu bersamanya.

Steffi mengusap rambut Salsha sembari tersenyum lembut. Ia juga menarik selimut sebatas dada. Steffi memang memutuskan untuk menemani Salsha tidur malam ini. Hati gadis itu masih rapuh. Steffi tak mau sesuatu hal buruk menimpanya. Salsha dan Steffi sama-sama tersenyum sembari bertatapan. Kemudian, mereka berdua menutup mati. Sudah waktunya tidur. Sudah waktunya Salsha mengistirahatkan hati dan pikirannya dari Aldi.

💪💪💪

Semalaman Aldi tak bisa tidur. Ia terus saja memikirkan Salsha. Gadis itu seakan tak mau lepas dari pikirannya. Apalagi saat kembali mengingat wajah penuh luka yang Aldi lihat kemaren. Ia merasa jahat sudah melakukan itu kepada Salsha.

Aldi kalut. Ia tak bisa memikirkan apapun kemaren. Semua terjadi dengan tiba-tiba. Kezia yang memerlukan dirinya dan juga Salsha yang sedikit egois. Yaa, Aldi merasa Salsha sedikit egois. Gadis itu terlalu membesarkan masalah. Aldi tahu, ia salah. Tapi, Aldi memiliki alasan untuk melakukan itu. Harusnya, Salsha paham dan mengerti. Aldi sedang berada di masa sulit. Tapi biar bagaimanapun lelaki itu akan terus meminta maaf kepada Salsha. Ia tak ingin hubungannya dan Salsha terus menjauh.

Pagi ini, Aldi sedang memikmati sarapan paginya. Ia memakan roti selai coklat sembari di dalam hati berdoa agar nanti Salsha mau memaafkannya.

Mellina yang baru datang ke meja makan pun duduk di depan anak lelakinya itu. Ia meraih roti dan mengolesinya dengan selai kacang. Mellina menatap Aldi, "Kamu lagi ada masalah?" tanya Mellina. Bisa Mellina lihat jika wajah Aldi sedang berpikir keras.

Aldi menghentikan acara makannya, ia meminum susu dan kembali menatap Mellina, "Nggak kok, Ma."

Mellina mengangguk mengiyakan. Ia tipe orang tua yang tidak mau terlalu mencampuri urusan anaknya. Ia yakin Aldi bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Gimana kabar Salsha?" tanya Mellina tiba-tiba. Mellina memang sudah tau kabar kepulangan Salsha.

Aldi kaget saat mendengar Mamanya membahas Salsha. Sudah lama, sejak kejadian Salsha pergi ke Italia dan Katya yang membatalkan acara pertunangan mereka, Mellina tak pernah membicarakan Salsha, "Salsha baik, Ma." sahut Aldi cuek.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang