🌙 Delapan 🌙

2.2K 185 50
                                    

Salsha masih tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi. Aldi kembali melukai perasannya hanya karena gadis yang Salsha tak tahu siapa yang datang mengacaukan semuanya. Kini Salsha tahu, jika tadi malam Aldi tak datang menemuinya pasti karena gadis itu.

Setelah keluar dari basecamp itu, Salsha langsung menyetop sebuah taxi dan menyuruh taxi itu untuk membawanya keliling jakarta. Salsha tak mungkin pulang dengan keadaan hati yang kacau seperti ini. Apalagi sedari tadi, air sudah menumpuk di matanya bersiap untuk keluar.

Salsha tak mengerti bagaimana bisa Aldi lebih memercayai gadis ular itu daripada dirinya yang sudah lebih dulu Aldi kenal. Salsha tak merasa ia salah saat ini, wajar saja bila ia mendorong Kezia karena keisengan gadis itu.

"Neng, sebenarnya  kita mau kemana?" tanya supir taxi itu.

"Jalan aja, pak, keliling jakarta. Nggak usah takut, saya sanggup bayar, kok."

Salsha mengecek ponselnya, ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan singkat dari Steffi dan juga Iqbaal. Tapi Salsha tak peduli, ia terlanjur sakit hati terhadap sikap Aldi.

Salsha tak minta di bela, ia hanya ingin Aldi bersikap netral dengan tidak membela siapapun antara keduanya. Tapi dengan sikap Aldi tadi membuat Salsha sakit hati.

"Aldi, kenapa lo bikin gue sakit hati lagi. Apa selama dua tahun gue di Italia nggak bikin lo berfikir dan ngerasa bersalah sedikitpun sama gue? Apa lo senang saat dulu gue ninggalin lo? Gue kecewa sama lo, Aldi, kecewa banget." batin Salsha.

Salsha menoleh ke arah kaca mobil, jakarta sedang di landa hujan lebat sama seperti perasaannya saat ini.

"Kenapa Steffi dan yang lainnya nggak ngasih tahu gue tentang Kezia. Kenapa mereka seolah nyembunyiin Kezia di belakang gue. Andai aja gue tahu ada Kezia di hidup Aldi gue pasti bakal berpikir ribuan kali buat pulang ke negara yang cuma bikin gue sakit hati."

Dan di saat-saat seperti ini, Salsha rindu akan sosok Karel di hidupnya. Karel yang selalu ada untuknya dan selalu berusaha membuatnya bahagia.

"Karel, lo dimana? Gue kangen sama lo. Lo benar, nggak seharusnya gue nyimpan rasa sayang ini buat orang yang sama sekali nggak pernah peduli sama gue. Bantu gue buat lupain dia, Rel."

⛈⛈⛈

Perlu waktu dua jam buat Aldi agar tahu kesalahannya, itupun masih perlu bantuan dari Iqbaal. Tadi, setelah Salsha pergi meninggalkan mereka dengan tidak hormat Iqbaal menyuruh Kezia untuk pergi dari basecamp itu. Iqbaal memang tidak pernah menyukai Kezia. Aldi yang kacau tak membantah lagi, ia langsung mengantar Kezia pulang kerumahnya.

Dan saat kembali ke basecamp pun Aldi masih di ceramahi oleh Iqbaal dan Bastian. Mereka berdua berada di pihak Salsha dan menyayangkan sikap Aldi barusan. Awalnya Aldi masih mengelak dan tak merasa bersalah. Namun lamban laun, Aldi paham jika sikapnya itu salah.

"Okee, gue salah." ucap Aldi akhirnya.

"Baru tahu lo? Dari tadi kemana aja?" sinis Iqbaal. Ia memang paling marah kepada Aldi di banding Bastian ataupun Steffi karena ia melihat bagaimana sikap Aldi tadi.

"Maksud lo apaan sih, Ald. Tega-teganya lo bikin Salsha kayak gitu. Sikap lo yang kayak tadi bikin lo ngerendahin Salsha di depan Kezia. Kalo lo emang udah bisa sepenuhnya lupain Salsha dan berpaling ke Kezia nggak masalah, kok. Gue bisa cariin jodoh yang lebih baik dari lo buat sahabat gue itu," cerca Steffi. Ia juga sama gregetnya dengan Iqbaal.

Aldi ingin mencela omongan Steffi itu tapi lidahnya terasa keluh untuk mengatakan satu kata pun. Akhirnya Aldi hanya menghela nafas panjang dan diam membisu.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang