🌾 Dua Puluh Satu 🌾

2.1K 246 55
                                    

Aldi mengepalkan tangannya saat mobil Salsha berlalu begitu saja. Sekarang Aldi tak mau kehilangan Salsha lagi, ia akan mengikuti Salsha dan tahu kemana gadis itu pergi.

Dengan kecepatan di bawah rata-rata Aldi mengemudikan mobilnya. Mencoba sebisa mungkin tetap berada di bekalang mobil Salsha. Ia tak akan mau kehilangan jejak gadis itu. Cukup seminggu Salsha membuatnya uring-uringan.

Sementara Salsha tampak santai mengemudikan mobilnya. Sesekali ia menyelinap di samping beberapa mobil yang lewat. Pikirannya masih di penuhi oleh Aldi. Lelaki itu yang tiba-tiba datang dan mengacaukan semaunya. Awalnya, Salsha hanya perlu beberapa hari lagi menghindari Aldi dan semuakan akan kembali ke sedia kala. Tapi, karena kembali berinteraksi dengan Aldi membuat Salsha harus lebih lama lagi menghindar.

Selama seminggu ini Salsha fokus di butik dan juga fokus untuk melupakan Aldi. Salsha rasa, ia hanya tertekan dengan perasaannya dan berakhir ia selalu baper. Andai ia bisa menahan perasaannya, hubungannya dan Aldi tak akan seperti ini.

Salsha menatap ke belakang melalui kaca spion. Ia membelakkan matanya kala melihat mobil Aldi tepat di belakangnya. Salsha pikir, Aldi akan langsung pulang kerumahnya. Salsha salah, Aldi mengikutinya.

"Shitt! Ngapain dia ngikutin gue?"

Salsha belum siap jika Aldi tahu dimana dia bekerja. Karena jika Aldi tahu, lelaki itu pasti selalu mengerecokinya. Makanya, sebisa mungkin Salsha menghindar.

Salsha kembali fokus terhadap jalanan di depannya seraya sesekali matanya mengawasi mobil Aldi. Tinggal satu belokan lagi dan ia akan sampai ke butiknya. Salsha menambah kecepatannya dan berusaha lari dari Aldi. Salsha berdoa dalam hati semoga tak terjadi apa-apa. Salsha belum terlalu mahir mengemudikan motor.

Akhirnya gadis itu bernafas lega saat tak melihat Aldi di belakangnya lagi. Salsha berhenti dan menunggu sejenak. Dalam hati ia juga meminta maaf kepada Aldi karena melakukan ini. Ia memutar balik motornya dan kembali menuju butik.

Salsha memarkirkan mobilnya di depan sebuah butik yang sangat besar. Salsha memasuki butik itu dan menyapa beberapa karyawan yang melintas di depannya. Salsha tersenyum ramah kepada mereka. Rata-rata karwayannya berumur tak jauh berbeda darinya.

Salsha melangkah ke lantai dua, dimana ruangannya berada. Disini, ia hanya perlu mendesign sebuah baju dan mengecek beberapa laporan keuangan. Ia masih belum mengetahui seluk-beluk butik ini. Helen juga masih sering datang kesini untuk sekedar mengecek. Ia sudah memberikan mandat sepenuhnya kepada Salsha.

Salsha memasuki ruangannya. Ia membuka blazer yang sempat ia pakai dan mengantungnya di kursi miliknya. Salsha duduk di kursi itu dan meletakkan tasnya di meja.

Salsha menghembuskan nafas kasarnya. Pikirannya sedang kacau. Ia tak mungkin menggambar jika dalam keadaan seperti ini. Salsha meraih bingkai foto di ujung mejanya. Fotonya itu ada foto dirinya dan Aldi saat kelulusan SMA. Salsha tersenyum miris menatap foto itu.

Aldi adalah Pacar pertama Salsha dan secara tidak langsung Aldi juganya cinta pertamanya. Salsha sempat tertawa memikirkan ulahnya, ia ingin cepat melupakan Aldi tetapi ia masih saja menyimpan foto lelaki itu.

Kata Salsha foto Aldi itu sebagai penyemangatnya. Setelah melihat foto itu, Salsha akan semakin semangat mendesign baju.

"Gimana caranya biar gue bisa lupain lo?" Salsha bermonolog sembari mengusap foto Aldi, "Lo senang banget, sih bikin gue sedih kayak gini. Salah gue apa coba."

Salsha masih saja mengusap foto Aldi itu tanpa sadar jika Steffi sudah berada di depannya. Gadis itu duduk di depan meja Salsha sembari tersenyum remeh.

"Gimana bisa lupain Aldi kalo lo gitu mulu?" komentarnya sembari menarik sebelah sudut bibirnya ke atas.

Salsha terkesiap. Ia langsung meletakkan kembali bingkai foto itu di tempat semula. Ia tersenyum kikuk, merasa malu karena Steffi mengetahui apa yang ia lakukan. Selama seminggu ini Salsha selalu semangat mengatakan jika ia ingin move on dari Aldi. Tapu nyatanya ia masih sering melihat foto lelaki ini.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang