🍀 Tiga Belas 🍀

2.6K 211 36
                                    

Salsha cukup merasa senang, karena selama di cafe Aldi bersikap netral, tidak terlalu fokus kepada Kezia ataupun kepada dirinya. Salsha juga bangga kepada dirinya yang bisa melawan Kezia, biarpun mati-matian ia bersikap seperti itu.

Salsha bukan gadis yang jahat, hatinya mudah tersentuh dan sangat lembut, ia mudah memaafkan. Tetapi, bertemu dengan spesies seperti Kezia membuatnya harus berusaha keras terlihat kuat dan tak mudah di kalahkan.

Saat ini Salsha, Aldi dan Kezia sedang berada di dalam mobil. Setelah terjadi aksi perebutan duduk di samping Aldi yang ternyata di menangkan oleh Kezia. Kezia membuat drama lagi yang mengharuskannya duduk di depan, di samping Aldi. Salsha hanya mengalah, tak mau terlalu meladeni Kezia. Ia juga harus bisa menahan kesal saat Kezia selalu mencoba menyentuh Aldi, seperti menepuk pundaknya atau bahkan mengusap lengan Aldi. Kezia terlalu posesif.

Kezia juga kelihatannya sengaja membahas topik kuliah agar Salsha tak ikut nimbrung kedalam bahasan itu. Maka hal yang di lakukan Salsha hanya bersender pada kursi dan melihat ke arah jendela.

"Pokoknya kalo IPK gue lebih tinggi dari lo, lo harus ajak gue jalan dan neraktir gue," Kezia berkata dengan nada lembut. Membuat Salsha ingin muntah.

Salsha mendengus jengkel mendengar syarat yang Kezia katakan. Syarat apaan itu.
Salsha juga semakin jengkel saat Aldi terkekeh.

"IPK lo pasti lebih tinggi lah dari gue, nggak usah di ragukan lagi."

Kezia juga ikut terkekeh, "Jangan pesimis gitu dong," Kezia menepuk pundak Aldi, "Bisa jadi IPK lo yang lebih tinggi. Dosen-dosen udah banyak yang suka sama lo kan?"

Aldi menatap Kezia sekilas, kemudian kembali fokus kepada jalanan di depannya, "Ngarang banget lo. Nggak usah ngasih harapan palsu la sama gue."

Kezia tertawa pelan, ia tak ingin terlihat urakan di depan, "Berarti lo siapin uang lah buat nraktir gue."

Aldi menghormat sejenak, "Siap bos. Lo mau jajan apa aja gue bayarin."

Salsha mengepalkan tangannya. Untuk apa Aldi mengajaknya pulang bareng jika ia hanya di diamkan seperti ini. Salsha seperti obat nyamuk di antara kemesraan mereka berdua.

Tapi senyuman langsung terbit di wajahnya kala Aldi memberhentikan mobilnya tepat di halaman sebuah rumah mewah. Tempat perumahan elit. Awalnya Salsha heran kenapa Aldi menghentikan mobilnya tapi saat Kezia menggerutu kesal barulah Salsha tahu jika ini adalah rumah Kezia.

"Kok kerumah gue duluan sih, Ald. Kenapa nggak kerumah Salsha dulu," Kezia mendengus kesal. Ia menatap Salsha dari spion kecil di dalam mobil. Salsha tersenyum meremehkan yang semakin membuat Kezia kesal.

"Tadi 'kan lo ngampus pasti capek, lah. Makanya sekarang istirahat, ya."

Kezia sedikit senang saat Aldi perhatian kepadanya. Namun ia masih kesal, ia tak bisa membayangkan jika Aldi dan Salsha berdua-duaanya di dalam mobil.

"Tapi gue bosan di rumah. Ayolah, anterin Salsha pulang duluan."

Aldi berusaha menjelaskan dengan lembut agar Kezia bisa mengerti, "Kan gue udah nganterin lo pulang, masa lo mau ngikut lagi nganterin Salsha. Yang ada gue capek la. Lagian gue masih ada urusan sama Salsha."

Kezia menunduk lesu, ia tak mau membiarkan Aldi dan Salsha punya waktu berduaan. Tapi ia juga tak mau kelihatan posesif di hadapan Aldi, "Yaudah deh. Tapi nanti kabarin gue, ya."

Aldi mengangguk. Dengan perasaan kesal pun Kezia keluar dari mobil Aldi. Salsha yang melihat itu pun ikut keluar dari mobil Aldi bermaksud untuk duduk di tempat Kezia tadi.

Di samping mobil Aldi, Salsha berbisik di telinga Kezia yang semakin membuat gadis itu geram, "Saatnya gue yang punya waktu berduaan sama Aldi. Jauh-jauh deh lo."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang