🌾 Dua Puluh Dua 🌾

2.2K 229 56
                                    

Pagi-pagi sekali, Aldi sudah rapi dengan baju casualnya. Rambutnya ia berikan pomade dan merapikannya. Ia tersenyum senang saat melihat penampilannya.

Aldi meraih ponsel dan dompetnya dan masukkan ke dalam saku. Ia juga meraih kunci motor dan menggoyang-goyangkannya di tangan. Lelaki itu pun keluar dari kamarnya dan menemui Mellina di ruang makan.

Aldi mencium pipi Mellina dan duduk di samping Mamanya itu. Ia meraih roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang. Senyum masih menghiasi wajah lelaki itu.

Mellina sampai heran melihat Aldi yang tersenyum di pagi hari ini, "Kamu kenapa?"

Aldi memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya dan mengunyah, "Nggak papa, Ma. Cuma aku lagi senang aja."

"Jadi kapan kamu bawa Salsha kerumah? Udah lebih dari satu minggu tapi kamu belum ngajak dia kesini."

Pertanyaan itu lagi. Aldi juga ingin cepat-cepat membawa Salsha ke rumah ini. Tapi melihat bagaimana hubungannya dengan Salsha, ia semakin ragu.

Aldi sudah tak selera makan lagi setelah mendengar ocehan Mamanya itu. Ia meletakkan sisa rotinya di atas piring dan meminum air putih. Selanjutnya ia mencium punggung tangan Mellina dan berkata, "Aku lagi usahin biar bisa dekat lagi sama menantu Mama. Mama tenang aja, secepatnya aku bakal bawa dia kesini.

Aldi melenggangkan kakinya setelah mengucapkan kata itu tak memedulikan lagi ucapan Mellina selanjutnya. Yang ia pikirkan sekarang adalah cara agar Salsha mau di ajak makan malam di rumahnya.

Aldi melesat cepat dengan mobilnya. Hari ini, ia akan mengunjungi Salsha di butik gadis itu. Aldi cukup merasa senang karena tau apa saja kegiatan Salsha selama seminggu ini walaupun pertemuan mereka di butik sangat tidak menyenangkan.

Aldi menyetop mobilnya saat sudah sampai di depan butik itu. Di depan butik, Aldi terkekeh singkat karena tidak mengetahui butik ini adalah milik Salsha sebelumnya. Padahal ia sering melewati butik itu.

Aldi masuk ke dalam butik itu dan melihat Irene yang sedang merapikan sebuah gaun pernikahan. Aldi langsung menghampiri Irene.

"Ren, ruangan Salsha dimana?" tanyanya.

Irene terkesiap karena sebelumnya ia tengah menata gaun. Irene pun tersenyum sebagai tanda hormat kepada Aldi, "Ruangan Bu Salsha ada di lantai dua, Mas. Tangganya di sebelah sana." Irene menunjukkan sebuah tangga dengan hormat.

Aldi mengangguk, "Salsha ada di atas 'kan?" Irene pun mengangguk mengiyakan, "Oiya, jangan panggil Mas, panggil Aldi aja."

"Iyaa, Aldi." Irene berkata dengan kikuk karena sebelumnya ia menyapa para tamu dengan panggilan Mbak dan Mas.

Aldi tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan Salsha.

🌾🌾🌾

Salsha sedang membolak-balikkan berkas di hadapannya. Keningnya mengernyit saat melihat ada beberapa kesalahan di berkas itu. Pengeluaran butik yang semakin melejit naik sementara pemasukan yang semakin menurun. Salsha juga sudah menyuruh Irene untuk memanggil Nayla, karyawan bagian keuangan untuk menjelaskan ini semua.

Jika mereka ingin bermain-main dengannya karena ia hanya lulusan SMA. Tentunya mereka salah orang. Salsha cukup mengetahui banyak perihal Akuntansi. Dan membaca jurnal seperti ini bukan masalah besar untuknya.

Salsha mendengar seseorang membuka pintu ruangannya dan tanpa menunggu lagi, Salsha langsung berkata, "Nay, kenapa laporan keuangannya seperti ini."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang