🍁 Sembilan Belas 🍁

1.9K 177 40
                                    

     Aldi mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Sudah lebih dari seminggu setelah kejadian di rumah Salsha, mereka berdua sudah tak bertemu lagi. Sudah beberapa kali ia mendatangi rumah Salsha. Tetapi, gadis itu tak ada di rumah. Salsha juga tak pernah menangkat telfonnya atau sekedar membalas pesannya. Aldi juga mencari tahu tentang Salsha kepada Iqbaal, tapi laki-laki tak menjawab dan masa bodo. Mungkin Iqbaal masih marah kepadanya. Aldi mencoba maklum.

Hari ini hari pertama mereka Uas. Tapi Aldi malah menjawab soal-soal itu dengan asal-asalan. Ia juga tak belajar tadi malam. Pikirannya terganggu oleh perkataan Salsha waktu itu. Rupanya Salsha serius dengan perkataannya itu. Gadis itu menghindarinya dan tak ingin terlibat apa-apa lagi dengannya.

Aldi menghela nafasnya, entah mau kemana lagi ia mencari gadis itu. Gadis itu seolah hilang di telan bumi.

Kezia yang baru saja memasuki kantin duduk di samping Aldi, ia menepuk pundak lelaki itu, "Kenapa lo?"

Aldi terpengarah, ia melirik jam tangannya, "Lo baru keluar ujian? Lama amat," tanyanya.

"Bukan gue yang kelamaan. Tapi lo yang kecepatan. Cuma sepuluh menit udah selesai aja tuh soal," kekeh Kezia.

Aldi hanya menghendikkan bahunya acuh. Kemudian ia kembali mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Sama sekali tak terlihat bersemangat.

Kezia mengernyitkan dahi heran melihat tingkah Aldi itu. Kezia perhatikan sudah hampir seminggu Aldi terlihat lesu, "Kenapa lo? Ada masalah?"

Aldi hanya menggeleng singkat. Ia meraih tasnya dan berniat cabut dari tempat itu, namun tangannya di cekal Kezia, "Gue mau cabut."

"Jelasin dulu lo kenapa?" desak Kezia, "Ada masalah? Sama siapa?" tanyanya lagi.

Aldi tak menjawab, ia melepaskan tangan Kezia dan berlalu dari kantin itu. Kezia tak tinggal diam. Ia melangkahkan kakinya untuk mengejar Aldi, "Kenapa sih, lo? Kalo ada masalah tu cerita."

Aldi hanya diam. Sesampainya di parkiran, Aldi memasuki mobilnya. Kezia pun sama, ia masuk kedalam mobil Aldi itu.

Aldi mengacak rambutnya frustasi, "Ngapain ikut, sih."

"Aneh, lo," komentar Kezia. Ia sudah tak tahan lagi di cuekin seperti ini, "Ada masalah sama Salsha?" Kezia menerka-nerka.

Aldi menghela nafas sembari mengangguk lesu, "Gue memang lagi ada masalah sama dia."

Perlahan Kezia menyunggingkan senyum. Ia bergelayut manja di lengan Aldi sembari mengusap pundak Aldi. Aldi hanya diam, tak menolak ataupun merespon, "Gue bakal bantuin lo baikan sama Salsha."

Aldi mengernyit, "Caranya?"

👿👿👿

"Yakin nih, mau main kucing-kucingan mulu sama Aldi?"

Salsha menggerutu kesal. Ia sedang berusaha menghindari Aldi yang bertujuan untuk melupakan lelaki itu. Ia mati-matian untuk tidak menemui lelaki itu walaupun ia tahu setiap sore Aldi selalu datang kerumahnya. Ia hanya takut, di tengah kegundahan hatinya, Aldi datang dan membuatnya baper. Yang akhirnya malah kembali membuatnya sakit.

Ia tak bermaksud jahat kepada lelaki itu. Ia hanya memberikan sedikit celah untuk Aldi bisa berfikir. Jika memang lelaki itu masih memiliki rasa kepadanya, lelaki itu pasti akan berjuang. Tapi jika lelaki itu sudah tak memiliki rasa kepadanya lagi, biarlah Salsha mengubur dalam-dalam perasaannya.

"Udah kali, Sha. Dengan lo kayak gini, sama aja lo buktiin lo belum bisa lupain dia."

Salsha menatap tajam Steffi yang sedari tadi mengoceh hal yang tak penting. Salsha meraih ponselnya di atas nakas. Ada satu notif pemberitahuan dari Kezia.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang