🍀 Lima Belas 🍀

1.9K 192 64
                                    

      Kini Aldi dan Salsha sudah berada di ruang tengah. Tadi setelah acara suap-suapan selesai, Salsha mencuci piring sementara Aldi hanya memperhatikan Salsha sembari terkekeh membayangkan jika mereka sudah menikah kelak.

Aldi duduk di samping Salsha yang kini sedang memainkan ponselnya. Aldi menghembuskan nafasnya lelah, merasa bosan, "Keluar, yuk. Aku kesini tadi mau ngajak kamu keluar."

Salsha berhenti memainkan ponselnya, ia meletakkan benda persegi itu di atas meja, "Panas, ah. Mending di rumah aja."

"Tap-"

"Nggak penting dimana pun itu, yang penting itu sama siapa. Selagi sama aku, pasti kamu bakal senang," potong Salsha sembari mengedipkan matanya.

Aldi terkekeh, ia menarik wajah Salsha dan membawanya ke keteknya. Salsha meronta, ia tak suka di buat seperti itu. Ia mencubit perut Aldi dan menjauhkan wajahnya.

"Jijik, ih. Jorok banget."

Aldi hanya terkekeh, tangannya terulur untuk mengacak rambut Salsha, "Trus disini kita mau ngapain?"

Salsha menampilkan wajah seriusnya, ia juga mengetukkan jarinya di dahinya, "Ngapain, ya?"

Aldi menoyor kepala Salsha tampak gemas, "Nggak usah pasang muka serius, gitu. Jelek!"

Salsha tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, "Nonton aja, yuk. Nonton Dilan."

Tanpa menunggu persetujuan Aldi, Salsha menyalakan dvd film Dilan yang ia beli beberapa waktu lalu. Setelah memasangnya, Salsha kembali duduk di sofa samping Aldi. Salsha sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Aldi.

Melihat kepala Salsha bertengger di bahunya Aldi terkekeh, ia merangkul bahu Salsha dengan tangannya. Film pun di mulai. Menampilkan sosok Dilan yang sedang meramal Milea, Salsha terkekeh.

Sampai di pertengahan, Salsha senyum-senyum sendiri membayangkan sosok Dilan, Milea begitu beruntung.

Sedangkan Aldi tak begitu menyukai film itu. Ia lebih suka melihat mimik wajah Salsha yang berubah-ubah sembari sesekali memciumi puncak kepala Salsha.

Tak terasa film Dilan telah berakhir, Salsha masih menampakkan senyum malu-malunya, membuat Aldi gemas dan mencubit kedua pipi Salsha.

Salsha menggeruti, "Apaan, sih. Sakit tau."

"Baperan dasar. Pasti lihat itu doang udah baper kan?"

Masih dengan senyum malu-malu Salsha menjawab, "Andai Dilan ada di kehidupan nyata. Pasti aku udah senang banget."

"Alay," Aldi menoyor kepala Salsha, "Apa yang kamu suka dari sosok Dilan itu? Brandal doang."

"Ihh," Salsha menimpuk kepala Aldi dengan bantal, "Brandal-brandal gitu romantis tauu. Daripada kamu, brandal doang, romantisnya kagak."

Aldi kembali terkeleh, ia membawa kepala Salsha untuk bersandar di dadanya, "Aku punya caraku sendiri buat bahagiain kamu."

Salsha hanya diam begitu nyaman bersandar di dada Aldi. Apalagi Salsha bisa merasakan jantung Aldi yang berdetak dengan kencang.

Terlalu nyaman dengan posisi seperti itu hingga tak sadar ponsel Aldi berdering pertanda pesan masuk. Aldi meraih ponsel itu dari sakunya dan membaca pesan dari Kezia.

Di pesan itu, Kezia mengajak Aldi untuk mengerjakan proposal karena waktu yang semakim mepet. Kezia juga mengatakan jika ia sudah berada di cafe biasa tempat mereka kerja kelompok.

"Kenapa?" tanya Salsha.

Dengan susah payah Aldi menjawab, "Kezia ngajak aku ngerjain proposal itu. Lusa di kumpul," Aldi masih ingin bersama Salsha tetapi tugas itu juga penting.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang