🌙 Sembilan 🌙

2.2K 180 38
                                    

Tak ada yang merasa baik-baik saja setelah di kecewakan. Begitupun dengan Salsha, walaupun Aldi sudah datang dan meminta maaf kepadanya lantas tak membuat rasa kecewanya hilang seratus persen.

Aldi kembali lagi setelah menggantinya bajunya di kamar tamu rumah Salsha. Ia duduk di samping gadis itu, ia saatnya meminta maaf secara sungguh-sungguh kepada Salsha.

"Lo ngapain sih bela-belain datang kesini pas lagi hujan gini?" tanya Salsha sinis, ia menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Mau minta maaf," Aldi menghela nafas sejenak, "Gue salah. Gue udah marahin lo tadi."

"Emang gue yang salah 'kan? Trus ngapain lo minta maaf?"

Aldi berusaha memegang tangan Salsha yang ada di sofa namun dengan cepat Salsha menepisnya, "Nggak usah pegang-pegang!"

"Lo nggak salah, Sha. Gue yang salah karena udah marahin lo tadi."

"Cewek tadi siapa? Dia juga kan yang gue lihat di cafe waktu itu?" tanya Salsha. Ia ingin mengulek sedikit informasi mengenai gadis itu. Walaupun Salsha sadar jika hal itu akan kembali membuatnya sakit hati.

"Dia Kezia."

"Gue nggak nanyak nama dia siapa. Dia siapa lo? Pacar? Gebetan atau lo suka sama dia?"

Dengan cepat, Aldi meraih tangan Salsha dan menggenggamnya dengan erat, "Gimana mungkin dia pacar gue kalo gue masih betah ngejomblo semenjak putus sama lo. Dan gimana mungkin gue suka sama dia kalo hati gue ada sama lo seutuhnya."

Salsha menatap lekat mata Aldi, sedikit tersentuh dengan ucapan Aldi itu. Hanya sebentar, karena selanjutnya, Salsha terkekeh dan melepaskan tangannya dari genggaman Aldi, "Bohong. Bisa-bisanya lo bilang gitu ke gue tetapi lo dekat sama cewek lain."

"Salsha," Aldi berusaha menjelaskan, "Kezia bukan siapa-siapa gue. Kita cuma temanan."

Salsha menghendikkan bahunya dan berdiri, "Dia siapa-siapa lo juga bukan urusan gue, sih. Toh, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Lo bebas mau dekat sama siapa aja, mau ngapain sama siapa aja."

"Dan yaa, gue tahu, lo nggak jadi datang ke rumah gue karena cewek itu kan? Makasih Ald karena  sikap lo tadi malam dan tadi bikin gue ngerti kalo gue nggak ada artinya lagi di hidup lo."

Salsha berbalik dan menjauh dua langkah dari Aldi, "Permintaan maaf lo gue terima, lo boleh pulang sekarang. Gue mau istirahat."

Aldi mengepalkan tangannya, merasa tak berguna karena tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Salah Aldi karena tak langsung jujur kepada Salsha mengenai Kezia. Bahkan setelah Salsha menaiki tangga pun Aldi hanya diam.

"Maafin gue, Sha. Maaf."

🌷🌷🌷

Aldi tahu, butuh usaha lebih untuk bisa mendapatkan maaf Salsha dan karena itu Aldi memutuskan untuk memberikan sebuket bunga mawar merah kepada Salsha. Pagi-pagi sekali Aldi meletakkan bunga itu di depan rumah Salsha dengan secarik kertas di dalamnya. Setelah itu Aldi melanjutkan perjalanannya ke kampus.

Sesampainya di kampus, Aldi meletakkan tasnya di meja. Dan mulai memainkan game online di ponselnya. Hanya itu rutinitas yang Aldi lakukan sembari menunggu dosen.

"Woy Ald, Kezia mana? Tumben lo nggak datang bareng sama dia."

Aldi menghentikan gamenya dan menatap Septian, teman sekelasnya dengan kening berkerut, "Maksud lo? Lo ngomong seolah-olah Kezia itu pacar gue."

"Memang pacar lo 'kan? Ayolah Ald, semua orang di kampus ini udah tahu kalo lo sama Kezia pacaran."

Aldi terkekeh, menurutnya, Septian terlalu sok tahu mengenai hubungannya dengan Kezia, "Bodoh! Gue sama sekali nggak pacaran sama Kezia. Dan yaa, lo harus tahu kalo gue udah punya calon pendamping hidup."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang