🍃 Tiga Puluh Lima 🍃

97 4 3
                                    

"Makasih, Rel."

    Salsha melepaskan sabuk pengamannya saat Karel menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Salsha. Sedari tadi pikiran. Sedari tadi pikiran Salsha tidak tenang memikirkan Katya. Bagaimanapun Katya pasti tidak suka melihat kedekatannya dengan Karel. Salsha juga harus menjaga perasaan Katya.

    "Santai aja, Sha. Kayak sama siapa aja," kata Karel sembari tertawa tipis.

    "Tapi Rel, kayaknya lo nggak perlu repot-repot buat nganterin gue lagi. Gue nggak mau terjadi kesalahpaham antara gue sama Katya." Salsha mengatakan apa yang sedari tadi menganggu pikirannya.

    "Maksud lo?" tanya Karel yang tidak mengerti dengan ucapan Salsha itu. "Lo mikir kalo Katya cemburu lihat kita dekat kayak gini?"

    "Gue cuma menjaga perasaan Katya aja. Apalagi lo mau tunangan sama Katya. Gue nggak mau bikin keadaan makin runyam lagi," kata Salsha. Sebagai sesama perempuan Salsha tahu bagaimana perasaan dan ketakutan Katya. "Kita pernah dekat, Rel. Lo nggak tau gimana pemikiran Katya kalo kita tetap dekat dan lo perhatian sama gue. Lo pasti tau apa maksud ucapan gue kan."

    Karel menganggukkan kepalanya. Kenyataannya sekarang Karel memang sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi kepada Salsha kecuali perasaan sayang sebagai adik. Ya, Karel sudah menganggap Salsha seperti adiknya sendiri yang harus Karel lindungi.

    "Gue ngerti. Tapi gue juga nggak ngelakuin apapun sama lo, kan. Emang nggak bisa kita berteman kayak dulu. Gue udah buang jauh jauh perasaan gue sama lo, Sha."

    "Gue tahu, Rel," kata Salsha. "Tapi Katya belum tentu ngerti itu. Gimana kalo Katya cemburu dan mikir yang aneh-aneh tentang kita. Gue nggak pengen ada masalah di antara kita sama Katya."

    Karel menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Kalo emang harus kayak gitu. Ya berarti gue harus jaga jarak sama lo?"

    "Kayak biasanya aja.Tapi lo nggak usah perhatian sama gue, nggak usah nganter gue pulang kayak gini. Kita nggak tau hati setiap orang itu gimana, Rel. Kelihatannya aja Katya biasa aja lihat kita bareng, tapi di dalam hatinya, kita nggak tau kan."

    Karel lagi lagi menganggukkan kepalanya. "Oke kalo gitu. Gue ngikut sama lo aja."

    Salsha bernafas lega karena Karel mau mendengarkan ucapannya. Karel bisa di ajak kerja sama. "Yaudah gue keluar, ya. Lo hati-hati pulangnya."

    Salsha tersenyum menatap Karel dan keluar dari mobil itu. Salsha melambaikan tangannya ke arah Karel. Karel pun menjalankan mobilnya menjauh dari rumah Salsha.

    Salsha masuk ke dalam rumahnya dan memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Perasaan Salsha hari ini campur aduk. Banyak sekali kejadian yang memporak porandakan hatinya. Belum lagi Salsha harus membuatkan desain baju kepada Katya dan Karel.

    ****

    Salsha sibuk mencari ide untuk gaun yang akan ia desain untuk pertunangan Karel dan Katya. Salsha tidak ingin mengecewakan Katya. Anggap saja, gaun ini sebagai hadiah pertunangan Katya dan Karel.

    Salsha mulai mengerakkan jarinya dan mencoret-coret kertas putih. Salsha akan mengerahkan semua kemampuan mendesainnya untuk gaun ini.

    Pintu ruangan Salsha terbuka dan menampilkan sosok Karel yang berdiri di depan pintu tersebut. Salsha mengernyitkan keningnya, untuk apa Karel datang sendirian ke butiknya.

    "Gue boleh masuk?"

    Dengan ragu Salsha menganggukkan kepalanya. "Masuk aja."

    Karel pun masuk ke ruangan Salsha dan duduk di depan gadis itu. Karel tersenyum manis menatap Salsha. Ada sesuatu hal penting yang ingin Karel katakan kepada Salsha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang