🍃Tiga Puluh Empat 🍃

56 5 0
                                    

Kezia tidak bisa menikmati kebersamaannya dengan Aldi malam ini. Bagaimana tidak, Aldi terlihat tidak fokus dan sering kali melirik jam yang berada di lengannya. Kezia sudah berusaha sebiasa mungkin untuk menarik perhatian Aldi, tetapi Kezia gagal.

    "Gue udah ngerti," kata Aldi. "Belajarnya sampe disini aja, ya. Udah kemalaman juga. Nanti lo nggak bisa pulang."

    Mati-matian Kezia menahan kesalnya mendengar ucapan Aldi itu. Kezia menyadari jika Aldi sedang mengusirnya secara halus. Kezia berusaha menampolkan senyum tipisnya. "Lo nggak mau nganterin gue pulang?"

    Aldi menggaruk rambutnya yang tak gatal. Aldi tidak mungkin mengantar Kezia pulang karena ada Salsha disini. "Gue nggak bisa, Kez. Masih ada Salsha disini."

    "Trus lo biarin gue pulang sendirian?" tanya Kezia lagi sembarik menaikkan sebelah alisnya ke atas. "Lo nggak takut gue kenapa-napa karena pulang sendirian?"

    Aldi merasa tak enak hati kepada Kezia. Aldi bingung, apa yang akan ia lalukan sekarang. "Gue kan nggak ada nyuruh lo datang. Gue juga nggak tau kalo lo bakalan datang kesini."

    "Gue kesini karena gue peduli sama lo, Ald. Gue mikirin gimana ujian lo besok. Dan gue juga tahu kalo masih banyak materi yang belum lo mengerti buat ujian besok. Makanya gue datang." Kezia geleng-geleng tidak percaya menatap Aldi. Aldi sudah banyak berubah sekarang. Aldi sudah tidak memprioritaskannya lagi. Kezia berdiri dari duduknya. "Gue pulang sendiri aja."

    Aldi ikut berdiri dan menahan tangan Kezia. Jangan sampai ada kesalahpaham antaranya Aldi dan Kezia lagi. "Bukan gitu maksud gue, Kez. Lo tahu kan ada Salsha disini. Dan gue nggak mungkin ninggalin dia gitu aja. Gue juga harus nganterin dia pulang."

    "Dan lo lebih milih Salsha daripada gue?" Kezia menatap Aldi dengan tatapan penuh kekecewaan. "Cuma karena Salsha, lo lupain gue. Gue yang selalu ada buat lo. Gue yang bantuin lo biar nilai lo bagus. Gue yang selalu ada di saat lo sedih. Dan sekarang lo nyingkirin gue cuma karena kehadiran Salsha. Lo jahat, Ald."

    Kezia berbalik dan melangkahkan kakinya keluar. Aldi dilema, apa yang harus ia lakukan sekarang. Siapa yang akan Aldi pilih. Aldi tidak ingin hubungannya dengan Kezia atau Salsha rusak hanya karena masalah spele seperti ini. Dan tanpa berfikir lebih lama lagi, Aldi memutuskan untuk mengantarkan Kezia pulang terlebih dahulu. Kemudian baru Aldi mengantar Salsha pulang. Lagipula, Salsha pasti betah berada di kamarnya. Dan tidak ada salahnya Salsha menunggu sedikit lebih lama.

    Aldi melangkahkan kakinya keluar dan mencegah Kezia yang ingin membuka pagar rumahnya. Aldi memegang tangan Kezia dan berkata. "Gue anterin lo pulang."

    Kezia menatap Aldi dengan datar. Tetapi dalam hati Kezia tersenyum penuh kemenangan. Aldi masih peduli kepadanya. Buktinya Aldi tidak ingin ia pulang sendirian. Kezia yakin, Aldi sudah memiliki perasaan kepadanya hanya saja lelaki itu belum menyadarinya. Tugas Kezia sekarang adalah membuat Aldi menyadari perasaannya kepada Kezia.

    "Okee."

    ****

    Salsha menatap seluruh kamar Aldi. Kamar yang sangat nyaman untuk di tempati. Salsha berdiri dan berjalan ke sebuah meja yang berada di dalam kamar Aldi. Banyak pernak pernik yang tergeletak disana. Mata Salsha yang sengaja melihat ke sebuah frame foto yang juga tergeletak disana.

    Salsha memerhatikan frame foto tersebut dan mengambilnya. Di dalam frame foto itu ada seorang anak laki laki yang berumur kurang lebih lima tahun. Anak lelaki itu ditemani oleh Mama dan Papanya. Tanpa perlu bertanya, Salsha tahu jika foto itu adalah foto Aldi dengan kedua orang tuanya. Foto semasa Aldi masih akur dengan Papanya. Dan sebelum ada kehadiran Karel serta Mamanya.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang