🍁 Dua Puluh 🍁

2.1K 209 24
                                    

  Salsha mondar-mandir di teras rumahnya. Ia gelisah sembari menunggu kedatangan Bundanya. Salsha rasa sudah tak ada lagi kesempatan untuk Aldi. Lelaki itu sama sekali tak memikirkannya. Seenaknya saja bermesraan dengan Kezia. Salsha memutuskan untuk menghindari lelaki itu untuk beberapa saat. Ia ingin menjernihkan pikirannya dan melupakan lelaki itu.

Sebuah mobil sedan pun memasuki rumah Salsha. Dengan tak sabaran, Salsha menghampiri Bundanya dan membuka pintu mobil itu, "Bun," panggil Salsha.

Helen mengernyit, sebelumnya Salsha tak pernah menemuinya seperti ini. Sepulang Helen kerja, Salsha pasti sudah di kamar. Namun berbeda dengan hari ini, membuat Helen sempat bingung.

Helen melangkahkan kakinya dan masuk ke rumahnya. Ia duduk di sofa sembari melepas sepatu haq tingginya itu. Helen memijat pelipisnya yang terasa pening.

Salsha lantas mengikuti Helen dan duduk di samping Bundanya itu. Ia memijat lengan Helen, "Bunda pasti capek, ya?"

Setelah kepergian Salsha ke Itali dua tahun yang lalu, Helen memutuskan untuk membangun sebuah butik kecil-kecilan. Ia ingin bekerja untuk menghapus kesendiriannya. Apalagi Ayah Salsha  sangat jarang dirumah, membuat Helen kesepian. Dan sekarang butik itu sudah mulai berkembang. Setiap pagi Helen akan pergi ke butik itu dan pulang malam hari. Kerjaan di butik itu juga sangat banyak, membuat tenaganya terkuras.

"Iya, sayang," ungkap Helen. Ia menyandarkan kepalanya disofa dan menutup mata.

Salsha mengigit bibirnya. Ingin mengutarakan maksudnya namun masih bimbang, "Bun," panggil Salsha lagi.

Helen membuka matanya, ia yakin ada sesuatu yang ingin Salsha utarakan, "Apa, sayang?"

"Salsha mau ngomong sesuatu," Salsha masih bingung. Antara mengutarakan maksudnya atau tidak. Dengan menghela nafas, Salsha kembali berkata, "Salsha mau kerja di butik, Bunda." ungkap Salsha akhirnya.

Helen hanya diam, tak merespon. Salsha kembali melanjutkan ucapannya, "Salsha bosan kalo cuma di rumah atau  keluyuran di luar."

Helen sempat bingung dengan keinginan Salsha. Karena gadis itu pernah mengatakan jika ia ingin melanjutkan sekolah di kampus Aldi. Helen mengusap lembut rambut anaknya itu, "Kamu nggak pengen kuliah? Pendidikan itu penting, Sha."

Salsha tahu. Ia memang ingin kuliah di kampus Aldi, alasannya agar ia bisa lebih mudah bertemu dengan lelaki itu. Tapi, melihat hubungannya dengan Aldi membuat Salsha mengurungkan niatnya itu. Ia ingin benar-benar melupakan Aldi.

"Nggak, Bun. Salsha udah nggak mau kuliah. Salsha pikir, buat apa lagi kuliah kalo sekarang aja Salsha bisa kerja di butik, Bunda."

Salsha tahu, pernyataannya itu salah. Pendidikan penting, sangat penting. Tapi bukan itu yang Salsha perlukan sekarang. Ia ingin mengalihkan pikirannya dari Aldi. Dan satu-satunya cara adalah ia harus melakukan kegiatan lagi.

Helen menepuk-nepuk tangan Salsha seolah memberikan semangat untuk anaknya itu, "Yaudah, mulai besok kamu bisa datang ke butik."

⭐⭐⭐

Aldi kelimpungan mencari Salsha. Entah ada masalah apalagi Salsha sangat susah di temui. Sejak kejadian di cafe waktu itu, Aldi pikir masalahnya dengan Salsha akan berakhir dan mereka akan kembali ke sedia kala. Namun itu hanya ada di angan-angan Aldi. Buktinya, sekarang Aldi lost contact dengan Salsha.

Aldi sudah selesai ujian dan sekarang ia sedang liburan. Rencananya, di masa liburan ini Aldi ingin menghabiskan waktunya dengan Salsha. Mengganti acara mereka ke pantai yang sempat tertunda. Tapi jika sudah seperti ini, bagaimana ia akan merealisasikan niatnya tersebut?

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang