Day 2 - Sky's First Case

3.4K 432 65
                                    

New York 2018.

Namaku Sky, Sky Walter.

Aku baru saja dipindahkan dari divisi kejahatan serius Los Angeles ke New York tiga bulan yang lalu.

Dan yang kulakukan selama tiga bulan ini hanyalah beradaptasi. Pulang dan pergi ke kantor, sesekali memuat laporan tentang kejahatan yang terjadi.

Tapi tidak pernah benar-benar terjun ke lapangan.

Siang ini, chief mengumpulkan kami di ruang rapat. Aku, Jack, Claire, Hendrick. Yang artinya telah ditemukan kasus kejahatan baru.

Paul Scoots berdiri di hadapan kami dan memandangi kami bergantian. Dari sorot matanya, aku dapat melihatnya kurang antusias dengan kasus ini.

"Jadi, apa salah satu di antara kalian ada yang ingin menangani kasus ini?" Ia memulai.

Chief baru saja selesai menjelaskan kasus hilangnya seorang anak berusia tiga belas tahun di papan tulis dan menunggu kami merespons ucapannya barusan.

"Oh, ayolah, chief, anak itu pasti hanya kabur dan bersembunyi di rumah neneknya," kata Jack meremehkan.

Yang langsung ditimpali oleh Hendrick. "Ya, kupikir juga begitu."

"Kakaknya ingin, salah satu di antara kita menyelesaikan kasus ini. Ia beranggapan, bahwa adiknya telah diculik oleh seseorang." Paul menyilang kedua tangannya di dada.

"Mana ada korban penculikan yang sempat menuliskan surat?" Claire terkekeh mencemooh. "Kurasa ia hanya berlebihan menanggapi hal ini, chief."

Kemudian suara tawa penuh ejekan menggema di ruangan ini. Tidak ada satupun dari mereka yang memercayai ini sebagai sebuah kasus penculikan atau kasus kriminal yang serius--selain aku.

Aku mulai berpikir, kenapa kita tidak mencoba memercayai sang kakak?

Bagaimana jika anak ini memang diculik dan dalam bahaya sekarang?

Paul tiba-tiba berdeham. "Baik. Kalau di antara kalian tidak ada yang ingin bergabung dengan kasus ini, maka aku akan menutup kasus ini dan--"

"Tunggu, chief!" selaku. Yang membuat semua mata di ruangan itu langsung menoleh ke arahku.

Aku menguatkan nyali dan membulatkan tekadku sebelum akhirnya berkata, "Biar aku saja, chief."

Paul Scoots tampak bingung dan memandang detektif yang lainnya sebelum kembali lagi kepadaku. "Apa kau serius?"

"Berikan saja kasus itu padanya, chief," pekik Claire. "Dia kan belum pernah memegang satu kasuspun selama disini." kemudian wanita berambut pirang itu tertawa mengejek ke arahku, yang disusul oleh tawa - tawa lainnya.

Claire sungguh menyebalkan.

"Bagaimana, Sky?" Paul menatapku serius sekarang. "Apa kau sungguh berminat menjadikan kasus ini sebagai kasus pertamamu?"

"Kurasa dia akan berakhir dengan kasus  kenakalan remaja biasa." Claire lagi-lagi berulah.

Hendrick mengangguk setuju. "Mungkin daripada tidak ada kerjaan sama sekali," dan terkekeh geli bersama Claire di tempatnya.

Kalau saja mereka bukan seniorku, aku sudah meracuni mereka dengan tanganku sendiri.

"Jadi, apa keputusanmu, Sky?" tanya Paul memastikan.

Aku menyibak rambut - rambut halus yang jatuh dari ikatanku ke belakang dan mengangguk yakin. "Aku akan menangani kasus ini," ujarku percaya diri.

Masa bodoh jika akhirnya aku hanya terjebak dengan kasus kenakalan remaja. Setidaknya aku dapat menginformasikan keberadaan korban pada keluarganya dan membuat keadaan lebih baik. Lagipula, bukankah seharusnya seorang polisi memang bertugas dengan benar?

Aku akan menyelesaikan kasus ini.

"Baik. Selain Sky Walter silakan meninggalkan ruangan," kata Paul Scoots mengakhiri rapat dadakannya.

Kulihat para detektif yang lain mulai beranjak dan meninggalkan kami berdua;aku dan chief.

Paul kemudian menyerahkan sebuah map berwarna cokelat kepadaku. "Korban bernama Ben. Di sini tertulis biodata, kronologi penemuan hilangnya Ben dan data pribadi korban yang lainnya," katanya.

Aku menerima map tersebut dan mulai membaca lembaran-lembaran kertas itu perlahan. "Jadi, korban mengidap tuna rungu?"

Paul mengangguk. "Itulah alasan kenapa kakaknya sangat bersikukuh menganggap bahwa ini adalah kasus penculikan."

"Jika memang iya, pasti sudah sangat terencana," tebakku.

Ya, melihat dari keterangan saksi yang menyatakan bahwa korban meninggalkan surat tentang kepergiannya, penculikan ini bisa dipastikan sudah terencana dan terstruktur.

"Dia berusia tiga belas dan kemungkinan besar keluar dari rumahnya dengan cara melompat lewat jendela," tutur sang chief.

"Dari lantai dua?" Aku membacanya di salah satu kertas.

Namun pria yang rambut kepalanya mulai botak itu hanya mengedikkan bahu. "Tapi kami tidak menemukan alat untuk membantu korban melompat atau turun di sana."

Sangat aneh.

Aku kembali membaca lembaran kertas lainnya dan menganalisis data pribadi korban dan kebiasaannya.

Sampai tiba-tiba, mataku menemukan alamat korban di baris terakhir kertas itu.

432 Avenue, number 5.

Alamat yang tak asing membuatku mengerutkan dahi seketika. Dan Paul yang menyadari perubahan ekspresiku, buru-buru menggumam. "Ada apa, Sky?"

Kepalaku mendongak cepat, menatap Paul. "Ini..." dan menunjukkan kertas laporan tersebut kepadanya. Mengarahkannya tepat pada baris yang bertuliskan alamat korban.

"Dia ternyata adalah tetanggaku, chief."





T H E  L O S T  B R O T H E R
A novel by :
Nurohima

~

The Lost Brother (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang