Something we need rn : Trust

1.9K 253 2
                                    

Golden Hospital, New York.

"Dia hanya korban tabrak lari, dia bukan Ben."

Aku mengangkat kepalaku jengah dan menyemburkan napas kesal ke arah langit-langit koridor rumah sakit.

Hendrick baru saja keluar dari salah satu ruangan pasien untuk memastikan siapa anak itu dan hasil yang kami temukan, justru membuat kepalaku semakin pening.

"Apa dia benar-benar bisa selamat dengan luka sebanyak itu?" Hendrick menatapku dan Jack bergantian, sembari kami berjalan beriringan menuju area parkir di luar rumah sakit.

Jack menggumam dan mengusap dagunya. "Dia kehilangan banyak darah, tapi tak ada satupun barang bukti yang kita temukan di sana." Ia kemudian menyilang tangannya di dada. "Bagaimana dengan sampel darahnya?"

Hendrick menggeleng. "Belum keluar. Kurasa kita perlu menunggu lagi," katanya jenuh.

Kami baru saja sampai di pelataran parkir dan berhenti tepat di depan mobilku. "Bagaimana dengan Carl, Sky?" Hendrick menahan pintu mobil sebelum aku sempat masuk ke dalamnya. "Kita belum melakukan investigasi terhadap dia. Bukankah kalian dekat? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami sekarang?"

Aku mengernyitkan kening tak mengerti. "Apa maksudmu, Hendrick?"

"Kami semua tahu soal skandal besar Tuan Addison, termasuk kebiasaan buruk Nyonya Sophia yang sering pulang malam. Tapi kami tidak tahu apa-apa soal Carl," kata Hendrick penuh curiga. "Bagaimana dengan pria itu?"

"Dia tidak memiliki rahasia apapun," ucapku penuh penegasan.

Dan Hendrick terkekeh mencemooh. "Maka biarkan kami menyelidikinya." Ia menaikkan satu alisnya. "Bagaimana?"

Aku menarik napas pendek dan mengembuskannya dengan kasar. "Kau terdengar tidak memercayaiku, Hendrick. Apa masalahmu sekarang?"

Jack bersikap menengahi kami dengan menarik jaket Hendrick menjauh dariku. "Sudahlah. Jangan memperkeruh suasana," ucapnya.

Namun Hendrick menepis kasar tangan Jack dari tubuhnya itu. "Kenapa dia tak membiarkan kita menyelidiki pria itu, Jack?" Lalu matanya menatapku waspada. "Apa kalian berkencan?"

Jack sontak menoleh ke arahku, menatapku dengan pandangan serius.

"Tidak," jawabku cepat. Lalu Jack kembali pada Hendrick, seolah mengatakan-kau-dengar-kan-melalui tatapan sarkastik itu.

"Kudengar pria bernama Carl Addison itu terlibat masalah di tempat kerjanya karena alkohol dan beberapa catatan pelanggaran lalu lintas." Hendrick berusaha memberi tahu Jack. Ia lalu mendelik curiga kepadaku. "Diantara ketiga orang yang ada di keluarga itu, bukankah seharusnya pria itu yang harus kita curigai?"

"Hendrick, hentikan!" seruku padanya.

"Kenapa?" Ia mengedikkan bahunya cepat. "Aku hanya mengatakan kebenarannya, Sky. Apa kau sadar, kita seperti berjalan di tempat saat menangani kasus ini."

Jack kembali menginterupsi kami. Ia menepuk-nepuk pundak Hendrick dan berkata, "Sebaiknya kau pergi mencari sarapan untuk kami. Aku dan Sky akan menunggu di dalam mobil. Cepatlah!" yang berhasil membuat rekanku yang bernama Hendrick itu pergi menjauh. "Sudahlah, Sky. Ayo masuk!"

Jack memintaku untuk bertukar posisi, sehingga aku tidak duduk di balik kemudi pagi itu. Aku langsung menghela napas panjang begitu kami masuk ke dalam mobil dan Jack menurunkan kaca mobilnya.

"Kuharap Hendrick tak membawa wine untuk sarapan kali ini," kata Jack berusaha menghiburku. "Perutku sangat kelaparan."

Tapi yang kulakukan hanyalah mendengus pendek dan mengalihkan pandanganku darinya. Tidak berminat pada apapun yang dibicarakannya saat itu. Kemudian kami berdua hanya memilih tenggelam dalam keheninggan yang canggung setelahnya.

"Menurutmu, kenapa aku tidak bisa mencurigai Carl sebagai pelakunya?" tanya Jack tiba-tiba.

Aku menoleh, begitupun dengan Jack. "Karena dia satu-satunya orang yang menginginkan Ben kembali, Jack," ujarku.

Jack menggumam pelan. "Dia bermasalah dengan alkohol, perokok berat, sering melakukan pelanggaran lalu lintas. Bahkan dia bersikap agresif kepadamu, Sky. Bukankah aku seharusnya khawatir?"


Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa kepada Jack saat itu. Bahkan kedua matanya menatapku lurus-lurus, begitu mengintimidasiku saat itu.

Pria beralis tebal itu kemudian mendengus pendek dan meraih tanganku. Ia menggenggam jari-jariku erat. "Kasus ini hanya akan semakin rumit jika kau terbawa oleh perasaanmu, Sky," katanya dengan hati-hati, matanya menatapku dalam. "Gunakan logikamu, karena itu satu-satunya cara untuk menemukan kebenarannya." []

T H E  L O S T  B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~

The Lost Brother (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang