Carl's House, New York.
Tidurku mendadak terusik setelah menyadari adanya pergerakan pada tubuh Sky di pagi hari. Ya, dia pingsan malam itu dan aku langsung membawanya ke rumahku. Aku juga tidak tahu seperti apa kejadian pastinya, tapi saat aku menemuinya untuk memberitahukan perihal Ben, dia malah kutemukan dalam keadaan tidak sadar.
Iris biru miliknya kini terlihat jelas, meski pandangannya masih terlihat mengawang entah kemana.
"Sky? Kau sudah sadar?" tanyaku memastikan.
Melihat kondisinya malam itu, membuatku benar-benar cemas. Bagaimana dia bisa pingsan di tengah keramaian lantai dansa dan beberapa orang menari di sekitarnya. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika tubuh Sky terinjak-injak di sana.
"Aku... di rumahmu?" Matanya menatap sekitar untuk beberapa saat, sebelum akhirnya bangun dari tidurnya itu. "Bagaimana aku bisa di sini? Aku... aku menemukan Anna semalam." Ia hendak bangkit dengan ekspresinya yang panik itu.
Dan aku menahannya dengan cepat. "Tenang, Sky. Kau harus istirahat dulu," sergahku.
Tapi raut cemas dan takut itu masih tercetak jelas pada wajah cantiknya. "Aku seperti melewatkan sesuatu yang penting, Carl. Aku merasa sangat dekat dengan pelakunya tapi aku tidak ingat apa-apa." Sky mendesah frustrasi. "Astaga! Ini mulai membuatku gila!"
Kemudian aku memilih untuk memeluknya. Membawanya dalam dekapanku agar emosinya tak lagi kacau seperti sebelumnya. "Sky, berhenti! Jangan paksakan dirimu," ucapku berusaha menenangkan. Lalu aku membelai rambutnya perlahan. "Kita pasti menemukannya, semua akan baik-baik saja."
Lalu gadis berambut hazel itu merenggangkan pelukan kami. Ia mendongkat menatapku. "Kenapa aku tidak ingat apapun, Carl? Aku benar-benar merasa dibodohi oleh pikiranku sendiri." Ia lagi-lagi mendesah kasar dan kali ini ia menjambak rambutnya. "Kenapa aku tidak ingat?! Apa yang aku lewatkan! Persetan!"
"Hey, Sky, tenanglah!" Aku kembali menahan gadis itu. Mencoba menghentikan aksi menarik rambutnya sendiri dengan kedua tanganku. "Sudah kubilang untuk berhenti. Bukan? Kau tidak mendengarkanku, huh?!" kali ini nada suaraku spontan meninggi.
"Anna... wanita itu mengenaliku, Carl. Dia tahu namaku!" seru Sky masih dengan nada yang panik. "Dia berbicara padaku seolah-olah kami sudah berteman lama. Tapi aku tidak ingat apapun tentangnya, tentang kami!"
Aku menarik tangan Sky dan membawanya mendekat kepadaku. Dan mataku menatapnya intens. "Sky, dengarkan aku. Aku memercayaimu dan kita akan segera menemukan pelakunya." Kulihat kening Sky tak lagi berkerut seperti tadi, ia tampak lebih tenang saat itu. "Kau hanya perlu mengingat beberapa hal dengan perlahan."
"Tapi--"
"Tidak usah terburu-terburu, Sky." Sekali lagi aku mengingatkan. "Sekarang, mari kita ulang lagi kejadian tadi malam untuk memastikan ingatanmu."
Sky-pun akhirnya mengangguk setuju dan aku bisa melepaskan tanganku darinya.
"Apa pakaian yang Anna kenakan semalam?" tanyaku memulai.
"Haruskah aku menjawab pertanyaan itu?" Kontan membuatku memutar kedua bola mataku malas di depannya. "Baiklah. Seingatku, dia menggunakan gaun berwarna ungu dan dia duduk di sudut meja bar tadi malam."
Aku-pun menjentikkan jariku di udara. "Tepat sekali. Lalu, apa kau ingat apa saja yang Anna katakan kepadamu saat kalian bertemu?"
Namun ekspresinya mendadak berubah, kembali cemas seperti tadi. Ia bahkan menutup mulutnya rapat seolah tak ingin membahas hal itu kepadaku.
"Sky, apa kau ingat apa saja yang dia katakan kepadamu tadi malam?" Aku mencoba lagi.
Lalu ia menatapku dengan pandangan yang tak kusukai;penuh ketakutan. "Dia... dia berkata bahwa Ben disiksa oleh seseorang, Carl."
"Apa, apa katamu, Sky?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mistério / SuspenseCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...