Carl's house, New York.
"Sudah kubilang, gantungan stiker itu akan menyala saat kita berdekatan."
Aku menatap lekat halaman pertama buku berwarna biru pemberian Ben. Sejujurnya, kepalaku langsung berputar hebat saat membaca baris pertamanya.
Aku tahu hadiah yang diberikan Ben saat ulang tahunku itu adalah sebuah gantungan ponsel berstiker led yang akan menyala secara otomatis saat kami berdekatan.
Tapi untuk apa dia memberitahuku hal itu lagi? Aku sudah mengetahuinya, Ben. Sungguh.
Kemudian kurasakan ponselku bergetar dari bawah bantal.
Aku bergeser, berusaha meraihnya dengan cepat dan menemukan nama Sky Walter di sana. Apa aku harus mengangkatnya?
"Halo," kataku ragu.
"Apa?! Bagaimana bisa?" Aku bangkit dan membuka tirai keemasan di hadapanku. Mobil Sky ternyata sudah berada di bawah sana. "Baik. Aku akan segera turun," kataku mengakhiri percakapan kami.
Buru-buru kuraih sweater hitam yang kugantung di belakang pintu dan aku bergegas menuju mobil Sky. Tidak ada yang bertanya kemana aku akan pergi, karena sepertinya Ayah dan Ibu sudah berangkat ke kantor mereka masing-masing.Entahlah, aku tidak peduli.
"Sky." Aku duduk di sebelahnya dan segera memasang sabuk pengaman. "Bagaimana sekarang?"
Namun gadis berambut hazelnut itu hanya menggeleng lemah saat menatapku. "Mereka akan menutup kasus ini," ucapnya putus asa. "Kurasa terjadi sesuatu seperti konspirasi atau semacamnya--astaga, aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Mereka bahkan mulai mempermasalahkan skandal ayahmu, Carl."
Ia hampir menjambak rambutnya sendiri jika aku tidak segera menahannya. "Hey, hey, tenanglah, Sky," kataku sembari menahan tangannya. Mataku bertemu dengan iris biru yang saat itu tampak redup. "Aku percaya padamu. Aku tidak akan marah lagi seperti kemarin. Maafkan aku."
Sky mengangguk. "Maafkan aku juga, Carl."
Aku mengusap puncak kepalanya lembut dan tersenyum padanya. "Omong-omong, apa kau masih ingat dengan gadis bernama Ashley yang kau temui beberapa waktu lalu?" Sky langsung mengernyitkan keningnya. "Dia memiliki kotak biru itu, Sky."
Dan manik-manik berwarna langit itu melotot tak percaya ke arahku. "Ap--bagaimana bisa?!" Sky mencebik. "Gadis itu berbohong padaku."
Lagi-lagi aku harus menahan Sky, sebelum ia berubah marah. "Ya, tapi dia mengakuinya. Dia memberikanku sebuah buku catatan, seperti diary yang ditulis langsung oleh Ben." Aku mengeluarkan buku biru tersebut dari saku jaketku dan menyodorkannya pada Sky. "Dia mengatakan hal ini di halaman pertama. Bagaimana menurutmu?" tanyaku sembari menunjuk tulisan Ben di halaman pertama.
Sky terlihat memicingkan matanya pada tulisan itu. "Bisa aku melihat gantungan itu, Carl?"
"Tentu." Aku mengeluarkan ponselku dan menunjukkannya pada Sky. "Stiker ini bergambar sama dengan milik Ben dan akan menyala saat kami berdekatan."
Kontan wajah Sky berubah takjub saat itu. "Keren sekali. Kau dapat menemukan Ben dengan mudah kalau begitu," katanya antusias.
"Apa? Tapi, bagaimana?"
Sky mencondongkan wajahnya padaku. "Jika Ben berhasil membawa stiker itu bersamanya. Kita hanya perlu membuat lampunya menyala dan kita akan tahu bahwa kalian cukup dekat untuk bertemu."
Pemikiran yang sangat cemerlang.
"Tapi kita akan mulai darimana?"
Sky mengalihkan pandangannya dariku. Untuk beberapa saat, wajahnya terlihat bingung saat sedang melihat keluar jendela. Ia bahkan mengetuk-ngetukkan jarinya pada permukaan buku yang kini berada di genggamannya.
Namun kemudian, ia menoleh padaku. Lalu berkata, "Bagaimana dengan... rumah sakit tempat Ayahmu bekerja?" []
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by
Helloimaaa
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mystery / ThrillerCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...