Golden School, New York.
Sementara Carl mencari seseorang yang bernama Nyonya Shane, aku memilih untuk berkeliling sebentar di lantai satu.
Bangunan yang dominan dengan fasilitas modern dan seluruh sekatnya berlapis kaca ini juga menyeimbangkan bangunan dengan beberapa tanaman dan bunga-bungaan yang sengaja disusun rapih di setiap sudut sekolah.
Menurut sumber yang terpecaya, sekolah ini selalu mendapat predikat terbaik setiap tahunnya karena banyaknya prestasi siswa dan reputasinya yang terjaga. Agak aneh jika Ben diculik saat berada di lingkungan sekolah tanpa diketahui penjaga atau satupun guru di sini, melihat sekolah ini juga dilengkapi oleh kamera pengawas.
Ketika aku masih berjalan-jalan di koridor lantai satu, tiba-tiba seorang gadis dengan tumpukan buku di tangannya menabrakku hingga tubuhnya terhuyung ke belakang dan seluruh bukunya berantakan ke lantai.
"Astaga, maafkan aku," ucapnya takut.
"Hey, tidak apa," kataku lembut. Kemudian aku bergerak untuk membantunya berdiri. "Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Ya." Ia langsung memunguti buku-bukunya itu dan mendekapnya erat.
Namun sesuatu menggangguku. Sebuah buku bersampul cokelat bertuliskan nama Ben Addison yang berada di tumpukan teratas berhasil menarik perhatianku.
"Permisi, apa buku itu milik Ben?" Yang sontak membuat gadis itu menunduk memastikan sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan.
"Apa kau mengenalnya?" tanyaku lagi.
Dan lagi-lagi gadis itu mengangguk. Ia kemudian tersenyum tipis sembari berkata, "Dia sahabatku."
Mataku menatapnya sendu karena ekspresinya berubah sedih. "Apa kau mengetahui sesuatu tentangnya?" Dan melihatnya mengernyitkan kening curiga, buru-buru kukeluarkan identitasku sebagai detektif kepolisian kepadanya.
"Namaku Sky," kataku memberi tahu.
"Ashley." Ia kemudian menyerahkan buku milik Ben kepadaku. "Aku akan mengembalikan buku teman-teman sekelasku hari ini karena wali kelas kami sudah selesai menilainya. Tapi aku tidak yakin kemana harus mengembalikan ini," sambungnya dengan nada sedih.
Aku menerima buku itu dan mengusap pundak kanan Ashley lembut. "Aku akan mengembalikannya. Tapi bisakah kau membantuku?"
Mata kehijauan gadis itu memicing penuh selidik. "Membantumu?"
"Apakah sebelum Ben menghilang, ia mengatakan sesuatu kepadamu? Sesuatu yang mungkin agak aneh, tidak biasa atau membuatmu berpikir bahwa itu bukanlah Ben yang sebenarnya."
Ashley menggumam pelan, tampak mengingat-ingat sesuatu. "Dia tak bercerita banyak, tapi dia selalu mengatakan bahwa akan menyimpan hadiah ulang tahunku di sebuah kotak berwarna biru di dalam rumahnya."
Dahiku mengerut cepat. "Kenapa dia mengatakan itu kepadamu?"
"Karena dia selalu menyiapkan hadiah untuk ulang tahunku dan selalu memintaku untuk mengambilnya sendiri," jelasnya perlahan. "Tahun lalu, dia juga menyimpan hadiahku di gerbang sekolah."
Sebuah kotak biru di dalam rumahnya.
"Apa dia mengatakan dengan jelas dimana letak kotak itu padamu, Ashley?"
Namun gadis berpipi chubby itu hanya menggeleng lemah. "Kupikir aku akan menemukannya di suatu tempat di sudut rumahnya. Tapi sejujurnya, aku sama sekali belum pernah ke rumahnya."
Apa?
Lagi-lagi Ben membuatku mengernyitkan kening tak mengerti. Ia meminta Ashley mengambil hadiahnya sendiri tanpa memikirkan perasaan Ashley yang sama sekali belum ke rumahnya.
Apa yang kau rencanakan, Ben?
"Ada hal lain yang--" Ashley menggantung ucapannya di udara untuk kemudian mendekat kepadaku. Matanya menatapku lurus setelah memastikan tidak ada siapapun selain kami berdua. "Ben juga mengatakan kepadaku bahwa kotak biru itu memiliki kata sandi," bisiknya.
"Kata sandi?" Kataku dengan suara yang tak kalah pelan.
Ashley mengangguk. Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan kembali berbisik, "Ben bilang, untuk dapat membuka kotak biru itu kau perlu kata sandi dan sandi yang dia berikan padaku adalah... 9 - 1 - 1."
911?
Aku melebarkan mata tak percaya saat Ashley menganggukan kepalanya;memintaku untuk mempercayainya.
"Ini... ini tidak mungkin," ungkapku cemas.
Ashley lagi-lagi hanya mengangguk lemah dan mata hijau miliknya menatapku nanar. "Aku tau apa yang kau pikirkan, detektif," tuturnya seraya kembali menjauhkan wajahnya dariku.
"Jadi selama ini... Ben sudah berusaha meminta bantuan seseorang." Aku mendesah kasar. "Sial."
"Mungkin kita terlambat mengetahuinya, detektif. Tapi bukankah seharusnya hadiah ulang tahunku masih di sana karena aku belum mengambilnya?" kata Ashley penuh percaya diri.
Dan mungkin Ashley benar soal itu.
Kami hanya perlu menemukan kotak biru itu dan sesegera mungkin mendapatkan Ben.
Ben, bisakah kau menunggu kami sebentar lagi?
T H E L O S T B R O T H E R
A novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Misteri / ThrillerCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...