San Antonia Cafe, New York.
Jujur saja, aku masih tidak bisa menerima semua opini Sky kemarin. Dia terus mengatakan bahwa ayahku mungkin tahu sesuatu mengenai Ben.
Ini tidak masuk akal bagiku. Ayahku tidak mungkin terlibat dengan kejahatan yang menjadikanku adikku sendiri sebagai korbannya.
Aku tidak bisa memercayainya. Hanya tidak bisa.
"Aku yakin..." sebenarnya tidak juga. "Ayahku tidak mungkin menjadi pelaku penculikan Ben. Mana ada ayah yang tega melakukan hal itu kepada anaknya sendiri?"
Perasaan bingung, kesal, marah bercampur di benakku. Rasanya ingin kutumpahkan semua perasaan itu pada sesuatu--dan aku tak tahu pada apa.
Akupun memutuskan untuk mengubah presepsiku mengenai ayah dan berlalu menuju garasi. Motor besarku ada di sana dan aku segera mengeluarkannya.
"Aku harus menemui Sky," pikirku saat itu.
Ada sesuatu di dalam hatiku yang terus berkata bahwa Ben sebenarnya tidak kabur dari rumah. Sesuatu pasti telah terjadi. Dan gadis bernama Sky itu telah mencoba membuktikannya.
Tapi Ayahku ...
Ah, kupikirkan nanti saja. Karena sekarang aku sudah sampai di depan kantor kepolisian New York. Sebuah bangunan menjulang tinggi di hadapanku, dengan kaca sebagai dominan arsitekturnya. Kurasa bangunan ini memiliki lima sampai enam lantai. Dimana Sky?
Aku hendak memasuki kantor polisi jika saja Sky tidak keluar bersama seorang pria dari bangunan tinggi itu.
Kuparkirkan motorku bersama motor yang lainnya dan segera mengendap-ngendap mengikuti mereka. Hingga aksiku berakhir di depan sebuah cafe terkenal di sini, San Antonia.
Mereka berdua masuk dan duduk di sudut cafe, sedangkan aku memilih duduk satu meja di belakang Sky. Tepat di belakang gadis itu dan sepertinya Sky masih belum menyadari keberadaanku.
"Kurasa kau butuh liburan, babe," kata pria itu.
Siapa dia?
"Aku hanya--" Sky terdengar melenguh pelan. "Ah, kepalaku pening sekali."
"Apa kau baik-baik saja?"
Aku memperhatikan pria itu. Tubuhnya tinggi, rambutnya kecokelatan dan matanya berwarna hijau.
Sky lalu menggumam, "Ya, bisakah kau memesankanku makanan? Aku mau cheese burger dan soda," pintanya.
"Oh, tentu." Pria itu kemudian bangkit dari tempatnya. "Aku akan segera kembali," katanya lalu berlalu menuju counter pemesanan makanan di sudut cafe.
Dan inilah kesempatanku.
Setelah memastikan situasi dan kondisinya aman, aku segera mengeluarkan ponselku dan berpura-pura mengecek sesuatu disana. Sementara tubuhku, berpindah posisi duduk dan kucondongkan ke belakang. Berusaha mendekati Sky yang berada tepat di belakangku.
"Ssst...," panggilku. "Sky, ini aku, Carl."
Sontak membuat gadis bermata biru itu berbalik dan membulatkan matanya ke arahku. "Carl? Apa yang kau lakukan disini?!" Ia melirik pria--temannya--itu panik.
"Cepat berbalik. Jangan sampai temanmu tahu aku disini," suruhku dan ia menurut. Ia langsung menyandarkan punggungnya ke kursi. Membuat jarak di antara kami hanyalah berbatas oleh punggung masing-masing. "Soal ayahku..."
"Kau tidak usah khawatir. Aku akan segera menutup kasusmu," potong Sky dengan nada ketus.
Apa dia masih marah karena aku tidak memercayainya?
"Apa?! Tapi kenapa?" tanyaku penasaran. "Maksudku, kau tahu bahwa adikku diculik, 'kan?"
"Iya," jawabnya dengan tenang. Ia kemudian menghela napas panjang. "Tapi aku tidak bisa membantumu, jika kau sendiri tidak memercayaiku, Carl."
Aku menggaruk tengkuk leherku canggung. "Ah, ya, soal itu. Aku kesini untuk mengatakan bahwa aku mau bekerja sama denganmu. Aku ingin tahu, maksudku, ya, sungguh ingin tahu apakah Ayahku benar-benar terlibat atau tidak." Oke, aku gugup sekali sekarang. "Kau mengerti maksudku, bukan?"
Namun Sky tidak bereaksi apa-apa, dia memilih bungkam.
"Aku minta maaf soal kemarin, Sky. Aku sungguh akan memercayaimu kali ini," kataku menyesal.
Ia menggumam pelan. "Tunggu aku di depan rumahmu nanti malam. Tepat pukul sembilan. Mengerti?"
Dan tanpa berpikir panjang, aku menganggukan kepala. "Mengerti."
Sky kemudian memberi tahuku bahwa temannya yang bernama Jack akan segera kembali dan aku memutuskan untuk meninggalkan cafe secepat mungkin sebelum pria itu mengetahuinya.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika Ayah benar-benar terlibat dengan semua kekacauan ini.
Tapi untuk saat ini, hanya Sky-lah yang dapat kupercaya.
Setidaknya, untuk saat ini sampai pukul sepuluh malam nanti. []
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by :
Nurohima
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Misteri / ThrillerCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...