Bone Town, New York.
Sebuah bangunan lantai satu yang tampak seperti gudang tua ini dipenuhi dengan rumput liar di sekitarnya. Cat yang melapisi dindingnya-pun sebagian sudah memudar dan tampak berlumut. Lantainya kotor dan di beberapa titik dipenuhi lumpur. Sesekali tikus bahkan kecoa muncul di depan kami, berlari-berkeliaran begitu saja seolah ingin memperjelas bahwa tempat ini sudah menjadi milik mereka.
Aroma apek juga menyeruak cepat ke dalam hidungku saat aku dan Jack memutuskan masuk lebih dalam. Anehnya, pintu utama bangunan ini berada dalam keadaan terkunci rapat dan di gembok. Keadaan kuncinya-pun terbilang masih baik dan laik, seperti baru.
Seseorang pasti tinggal di dalam sini. Atau setidaknya, bangunan ini pernah ditinggali dalam beberapa hari ke belakang.
Jack langsung menyalakan senter saat ruangan gelap menyambut pemandangan kami sore itu. Kami belum menemukan tombol lampunya, sehingga hanya cahaya dari lampu senter milik Jack-lah yang menjadi pemandu kami di bangunan tua itu.
"Apa kau yakin tempat ini menjual obat-obatan?" tanyaku pada Jack.
Namun Jack hanya mengangkat kedua bahunya. "Tempat ini jelas tidak cocok untuk kegiatan farmasi atau bahkan memperjual-belikan obat." Ia mendengus pendek. "Mereka bahkan tidak memiliki lampu di sini."
Bulu-bulu di tubuhku mendadak meremang saat kami memasuki ruang demi ruang di dalam bangunan mengerikan ini. Aku sempat tidak menyangka bahwa tempat ini sangat luas dan memiliki banyak ruangan di dalamnya.
"Kurasa tidak ada apa-apa di sini, selain gelap dan dingin." Jack mengedarkan cahaya dari lampu senternya ke segala arah. Kanan-kiri, bahkan sampai ke plafon bangunan ini.
Kurasa Jack benar.
Tidak ada apa-apa di sini selain dingin dan gelap. Oh, ditambah dengan plafon kayu yang lapuk
"Ayo kita keluar," kataku pada Jack.
Tapi tiba-tiba, suara benda jatuh seperti kaca terdengar di belakang kami. Sumbernya berasal dari sebuah pintu yang tertutup di sudut ruangan.
"Apa kau mendengarnya, Jack?" Aku berbisik dan menyisir pandanganku ke sekeliling dengan waspada.
"Sstt.." Jack menyerahkan senternya kepadaku dan mengambil sebongkah kayu--dari kursi yang hancur--di dekat kami. Ia lalu menatapku dan menganggukkan kepalanya, memberi kode.
Kemudian kami berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati menuju pintu itu.
Jantungku berpacu cepat saat kami berdiri tepat di depan pintu berwarna cokelat sore itu. Jika diperhatikan lagi, pintu itu terlihat lebih kokoh daripada yang lainnya. Cat-nya masih sangat bersih dan mencolok. Tidak ada bagian dari pintu itu yang lapuk ataupun rusak. Gagang besinya-pun masih terlihat sangat mengkilap.
Jack menarik napas panjang sebelum memberanikan diri membuka pintu itu.
Tapi apa yang terjadi setelahnya, sungguh mengejutkanku.
Seorang pria bertubuh besar tiba-tiba menyerang Jack dengan bongkahan kayu yang lain. Jack terhuyung ke belakang karena kurasa kayu itu mengenai tangannya tadi. Begitupula aku, aku segera memundurkan posisiku dari mereka berdua. Karena setelahnya, Jack balik menyerang dan mereka mulai berkelahi di sana.
Aku memperhatikan pria asing itu. Pria bertubuh besar itu sungguh tampak tak asing. Tangannya dipenuhi tattoo sementara wajahnya... wajahnya tampak memiliki bekas luka di beberapa bagian dan--
Tunggu, bukankah pria itu...
"ARRRGH!!" Aku mendengar Jack menjerit kesakitan dan disitulah aku baru menyadari sesuatu.
Pria itu berhasil melukai Jack dengan pisau dan langsung kabur saat aku mendekat. Aku merendah dan menahan tubuh Jack yang hampir jatuh ke lantai.
"Jack, apa kau baik-baik saja?!" tanyaku cemas.
Sedangkan Jack tampak terengah-engah sembari menahan perutnya yang kini mengaliri darah segar. "Aku..." Ia mulai memejamkan matanya dan napasnya terdengar tak beraturan, melemah.
"Jack, sadarlah! Bertahanlah, Jack. Kumohon." Aku terus berusaha mempertahankan kesadaran Jack yang kini terkulai lemas. Aku juga melihat ke sekeliling dengan panik.
Tidak ada apapun, siapapun yang dapat membantuku selain ruangan sunyi dan mencekam sore itu. Aku meremas tangan Jack dan menahan kepalanya dengan pundakku.
Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang.
Aku hanya bisa memeluknya erat dan berteriak, "Jack!!!!!!!!!!" []
T H E L O S T B R O T H E R
A novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mistério / SuspenseCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...