Golden Hospital, New York.
Aku sudah duduk pada sebuah kursi di sebelah Jack selama--kurasa--hampir dua jam. Tapi Sky belum juga kembali. Aku juga tidak bisa meninggalkan Jack karena beberapa menit yang lalu, dokter datang dan berkata bahwa pria menyebalkan ini akan dipindahkan ke ruang rawat. Ia butuh seseorang untuk mendampinginya.
Tapi aku jadi penasaran, kenapa Sky belum juga kembali? Apa sesuatu terjadi kepadanya?
Dan di saat aku sedang sibuk merenungi semua ini, jari-jemari Jack tampak bergerak pelan di atas ranjang. Aku langsung mendekatinya dan luka lebam di hampir seluruh ruas jarinya kini terlihat jelas.
"Pria menyebalkan? Apa kau sudah siuman?" tanyaku memastikan.
Ia perlahan membuka matanya. Dan kulihat iris cokelat miliknya itu mulai berkeliling, memandangi sekitar. "Apa aku di rumah sakit?" katanya parau.
Lalu aku mendengus geli di depannya. "Kau pikir dimana lagi? Tidak mungkin juga kau dibawa ke club malam dengan luka-luka itu, bukan?" Jack kontan meraba bagian perutnya. "Dokter bilang tusukannya cukup dalam, tapi beruntung tidak mengenai organ yang vital," kataku menjelaskan.
Jack menatapku dan meringis. Sepertinya ia merasakan sakit lagi pada lukanya. "Dimana, Sky?" Ia memicing curiga. "Kenapa justru kau yang ada di sini?"
"Dia tadi di sini lalu pergi ke toilet." Aku mendesah pelan. "Tapi sudah dua jam, dia belum juga kembali."
Jack mengernyitkan keningnya. "Kenapa kau tidak menyusulnya?"
Dan aku mengangkat bahuku cepat. "Dokter memintaku untuk tetap di sini, sebentar lagi kau akan dipindahkan." Akupun bangkit dari kursiku. "Tunggu sebentar, aku akan memberi tahu mereka bahwa kau sudah sadar."
"Carl, tunggu!" Ia membuatku berhenti dan berbalik. "Apa kau kesepian selama ini?"
Apa yang dia bicarakan?
"Apa maksudmu?"
Jack akhirnya mencoba bangun dengan segala keterbatasannya. Ia bahkan tampak risih dengan selang infus yang mengait pada lengannya itu. "Kau tahu bahwa kedua orang tuamu berbohong, bukan?" tanyanya sarkas. "Kemungkinan besar, salah satu dari mereka atau bahkan mereka berdua terlibat dalam aksi penculikan adikmu sendiri."
Aku mencebik dan menyilang kedua tanganku di dada. "Kurasa kau berasumsi terlalu cepat untuk yang satu itu."
Namun Jack malah mendengus mencemoohku. "Apa mereka berusaha untuk menemukan adikmu sekarang?" Ia menatapku lurus-lurus. "Jika tidak, kau harus siap dengan segala hasil akhirnya nanti."
"Mereka tetap orang tuaku."
Jack mengembuskan napas berat. "Aku juga sangat menyayangkan kau memiliki orang tua seperti mereka." Tiba-tiba dadaku memanas. "Kau hidup bersama ayah dan ibu yang suka berbohong demi kepentingannya sendiri."
Aku tidak tahan lagi, Jack.
Aku mendekatinya dan menarik kerah baju Jack dengan kesal. "Jaga bicaramu selagi aku masih berbaik hati!"
Namun ia justru memutar kedua matanya malas dan memandangku remeh. "Mulai sekarang, kau harus menjauhi Sky." Keningku kontan berkerut tak mengerti. "Kau hanya akan terus membuatnya dalam bahaya."
Aku mencondongkan wajahku padanya. "Aku akan melindunginya!"
Jack lalu menepis tanganku dari kerah bajunya. "Bagaimana kau bisa melindunginya, kalau kau sendiri tidak bisa melindungi adikmu sendiri?" Ia menaikkan sebelah alisnya sinis. "Aku jadi ragu, apakah kau bisa melindungi dirimu sendiri setelah tahu apa yang akan kau hadapi nanti."
Aku memundurkan langkah darinya sehingga posisi kami tidak lagi sedekat tadi.
"Catatan rekening koran milik Nyonya Sophia menunjukkan adanya aktifitas pembelian obat tidur dalam dosis yang banyak berulang kali," tukas Jack. "Apa kau tahu bahwa dia mengalami depresi atau semacamnya?"
Obat tidur katanya. Tidak mungkin.
Melihatku yang tak bereaksi kepadanya, Jack kembali melanjutkan, "Awalnya kupikir pembelian obat itu dilakukan di rumah sakit atau balai pengobatan resmi. Tapi nyatanya tidak. Catatan itu justru membawa kami ke sebuah gudang bekas dan aku berakhir seperti ini."
"Apa kau serius?"
Jack memutar kepalanya dan menatapku tajam setelahnya. "Apa menurutmu luka tusuk ini terlihat seperti aku sedang bermain-main denganmu, Carl?"
Apa ini semua benar? Apa Ibu mengalami depresi?
Tapi...
Bagaimana bisa?
Dan mengapa aku sampai tidak tahu?
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mistério / SuspenseCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...