Kantor kepolisian kota New York.
"Data yang kau minta waktu itu, sudah ada di dalam."
Aku mendongak dan menemukan Hendrick di depanku. Ia juga menyodorkan sebuah amplop cokelat kepadaku. "Aku sudah menemukannya. Namanya Anna Presscott, dia yatim piatu dan lahir di New York," sambung Hendrick.
Yang kontan membuatku segera menerima amplop cokelat itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat beberapa lembar kertas berisi data diri dan catatan kepolisian milik seseorang yang ternyata berhasil didapatkan oleh Hendrick dengan mudah. Tidak sia-sia aku meminta bantuannya waktu itu.
"Apa ada yang aneh dari catatan pribadinya?"
Hendrick langsung menggeleng. "Dia sempat bekerja sebagai pelayan di San Antonia, tapi kemudian ia memundurkan diri dan kini bekerja di Royal Miles."
Akupun berjengit seketika. "Bukankah itu salah satu club malam terbesar di kota ini?" Hendrick mengangguk. "Apa mungkin Tuan Addison bertemu dengannya saat di club?"
"Semua wanita di Royal Miles memang punya pesona yang dapat menaklukan pria manapun." Ia lalu mendengus pendek. "Tidak heran jika Tuan Addisonpun luluh padanya."
Aku kembali pada lembaran-lembaran kertas di tanganku. Sementara Hendrick menyilang kedua tangannya di dada.
"Sky, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu," tuturnya ragu.
"Baiklah. Tanyakan saja."
Pria bertubuh tegap itu kemudian menggumam pelan sebelum kembali melanjutkan, "Apa kau dan pria itu--"
"Carl, maksudmu?" selaku mengoreksi.
"Ya, ya, pria bernama Carl itu. Apa kalian sangat dekat?"
Aku mengangkat kedua bahuku cepat. "Kurasa kami cukup dekat," ucapku seadanya. Namun Hendrick justru menggigit bibirnya. "Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku, Hendrick?"
Keheningan terjadi sekitar dua puluh--tiga puluh detik sebelum akhirnya Hendrick kembali buka suara. "Kami sudah melakukan pengecekan sampel darah mereka bertiga. Tuan Addison, Nyonya Sophia dan Carl Addison." Lalu ia mengeluarkan secarik kertas yang sebelumnya ia lipat dari saku celananya kepadaku. "Tapi tak ada satupun dari mereka yang cocok dengan darah yang petugas lapangan temukan di lantai."
Merasa tidak bisa memercayainya begitu saja, akupun menerima kertas itu darinya. Kubaca kalimat demi kalimat itu dengan hati-hati. "Jika bukan mereka, lalu darah siapa yang ada di sana?" tanyaku.
Hendrick hanya menggeleng. Dan kupersilakan ia pergi setelah aku mengucapkan terima kasih.
Kenapa kasus ini hanya berjalan di tempat?
Kenapa aku tak kunjung menemukan jawabannya?
Aku menghela napas berat dan kuraih ponselku dari saku celanaku saat itu. Nama Carl berhasil muncul dalam pencarian dan aku segera menghubunginya.
"Halo, Carl?" Namun Carl justru terdengar khawatir di sebrang sana. "Aku baik-baik saja. Aku sedang di kantor, ada apa memangnya?"
Carl kemudian menjelaskan situasinya. Situasi yang sulit kupahami karena aku tidak ingat sama sekali bahwa aku meninggalkan dia di rumah sakit bersama Jack.
Jack...
"Bagaimana dengan Jack?" Aku beranjak dari kursiku dan kugigit bibirku pelan. "Syukurlah. Ah, omong-omong, aku sudah mendapatkan informasi mengenai wanita simpanan ayahmu, Carl."
Kudengar Carl sangat antusias dan penasaran melalui suaranya di sebrang sana.
"Bagaimana jika kita bertemu sekarang?" Aku menggumam setelah ia menjawabku beberapa detik kemudian. "Aku akan segera ke sana. Kurasa kita perlu melakukan pengintaian lagi seperti waktu itu. Apa kau sudah siap, Carl?"
T H E L O S T B R O T H E R
A novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Misterio / SuspensoCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...