Sky's POV.
Aku terus melangkahkan kakiku ke dalam bangunan tua itu. Meski hanya ada gelap di sana. Sesekali aroma lembab juga menyeruak ke dalam indera penciumanku. Menandakan dengan jelas bahwa tempat ini sudah lama tak ditinggali. Dan begitu aku melihat ke sekitar kakiku, lumut mulai tumbuh dan menutupi lantai keramiknya. Sehingga aku tidak yakin apakah warna lantai itu cokelat atau abu-abu
Sudah berapa lama kira-kira bangunan ini ditinggalkan? Aku-pun tidak yakin.
Banyak rumor buruk beredar mengenai bangunan bekas rumah sakit jiwa ini. Tapi tidak ada satupun yang kupercayai dan terbukti kebenarannya.
Kemudian aku dan Jack memutuskan untuk menjadi satu tim dalam pencahayaan yang minim. Kami hanya memiliki dengan sebuah cahaya yang berasal dari ponselku.
"Ben?" Aku mencoba memanggil anak itu, seolah menolak kenyataan bahwa dia adalah seorang pengidap tuna rungu.
Aku terus berusaha.
Sampai kami mendengar sesuatu di belakang kami. Seperti benda keras yang sengaja dibanting ke lantai.
Aku dan Jack sontak menoleh ke belakang. Pandangan kami menjadi sangat waspada saat tak menemukan siapa-siapa di sana.
Jack bahkan sudah bersiap untuk mengarahkan pistolnya ke arah kegelapan. Tapi kami benar-benar tak melihat siapapun di sana sore itu.
Waktu di jam tanganku sudah menunjukkan pukul enam. Yang artinya, gerakan kami akan sangat berbatas karena gelap akan segera datang.
"Tidak ada siapa-siapa," kata Jack memastikan.
Aku-pun mengangguk patuh dan berbalik. Hendak kembali melanjutkan perjalanan, sebelum akhirnya suara ribut itu menganggu pendengaran. Kemudian dengan cepat, aku kembali melihat ke belakang.
Namun Jack tidak ada di sana.
"Jack?"
Percayalah bahwa saat itu aku sangat takut dan gemetaran karena tahu Jack menghilang.
"Jack? Apa kau di sana?" Kakiku melangkah perlahan. Aku juga mencoba menyorot seluruh sudut ruangan dengan cahaya yang berasal dari ponselku dan tak menemukan apapun. "Jack?"
Hingga akhirnya sesuatu seperti menarik rambutku ke belakang hingga tubuhku tak lagi seimbang dan terhuyung jatuh ke lantai.
"AHH! LEPASKAN!"
Namun cengkraman itu justru semakin kuat dan orang itu mulai menyeretku dengan kasar saat itu juga.
"Brengsek!" Aku meronta lebih kuat, sembari berusaha melepaskan tangannya dari rambutku yang mulai terasa perih. Ponselku bahkan sudah hilang entah dimana karena gerakanku yang agresif.
Namun semuanya sia-sia. Hanya gelaplah yang menyelimutiku saat itu.
Sampai akhirnya langkah kaki yang berat itu berhenti dan ia membanting tubuhku hingga wajahku terbentur lantai yang dingin.
"Ck, tidak kusangka kau akan berjalan sejauh ini, Walter!" Suara itu terdengar tak asing.
Dengan pipiku yang terasa linu, kuberanikan diriku berpaling perlahan ke arahnya. Aku mendongak dan menemukan pria tua dengan seringaian penuh kemenangan di hadapanku.
"Tuan Addison?"
"Apa kau masih belum mengingat semuanya, Sky?" Ia mencebik. "Seharusnya kuhabisi kau sebelum semuanya jadi serumit ini."
Kontan keningku berkerut. Tak paham dengan maksud pembicaraannya.
"Jadi ... Alzheimermu itu sudah benar-benar parah rupanya," katanya sarkas. Ia kemudian merendah dan berjongkok di depanku. "Sekarang, kau harus memilih. Kau akan berada di pihakku dan melupakan semuanya, atau ... kau tetap memilih anak tidak tahu diri itu dan mati sekarang juga?"
Mataku melebar tak percaya. Pilihan macam apa itu?
Aku bahkan tak mengerti dengan ucapannya.
Apa yang sebenarnya Tuan Daniel Addison rencanakan?
Kenapa aku tak bisa mengingat apapun tentangnya?
Sial.
Bagaimana sekarang?!
T H E L O S T B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Brother (TAMAT)
Mistério / SuspenseCarl Addison kehilangan adik laki-lakinya, Ben Addison tepat dua hari setelah ia dipecat dari pekerjaannya. Pihak kepolisian hampir menutup kasus yang dianggap sebagai kenakalan remaja biasa itu kalau saja Carl, tidak bersikukuh menyanggahnya dan me...